Minggu, 29 Januari 2012

Malas Beribadah




Pernahkah kita malas untuk pergi ke masjid, khususnya pada waktu shalat isya dan subuh? Atau kini kita sedang mengalaminya? Malas untuk shalat malam walaupun kita sempat terbangun? Mungkin kita perlu melihat sisi lain malas beribadah agar kembali bersemangat menunaikannya.

Syaikh Aidh Al Qarni mencantumkan malas beribadah ini sebagai karakter kelima orang munafik. Dalam bukunya Tsalatsuna 'Alamatan lil Munafiqin, beliau menjelaskan hal itu seraya menampilkan karakter kebalikannya yang dimiliki kaum mukminin, yaitu semangat beribadah.

...dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas... (QS. An-Nisa : 142)

Inilah firman Allah memotret karakter orang munafik. Mungkin orang munafik itu masih menunaikan shalat, namun ia menjalankannya dengan malas. "Orang-orang munafik pada masa dahulu," kata Aidh Al Qarni, "juga mengerjakan shalat bersama Rasulullah, tetapi mereka mengerjakannya dengan malas."

Maka, semestinya kita takut seandainya kita malas beribadah, itu menjadi pertanda kita dihinggapi kemunafikan. Malas beribadah dalam arti yang luas, tidak terbatas pada shalat. Aidh Al Qarni menjelaskan bahwa malas puasa, malas berzikir, malas menghadiri halaqah atau majelis ilmu, dan malas berdakwah juga termasuk tanda kemunafikan, sebagaimana malas shalat.

Sebaliknya, orang mukmin memiliki semangat dan vitalitas dalam beribadah. Rasulullah dan para sahabat menjadi contoh utama dalam hal ini.

Aswad bin Yazid bertanya kepada Aisyah, "Kapan Rasulullah bangun untuk shalat malam?" Aisyah menjawab, "Beliau selalu bangun jika mendengar ayam berkokok." Aisyah melanjutkan, "Lalu beliau melompat dengan suatu lompatan." (HR. Muslim)

Demikianlah semangat Rasulullah dalam beribadah. Aisyah tidak mengatakan "beliau berdiri", tetapi "beliau melompat." Subhaanallah. Benar-benar menggambarkan vitalitas dalam beribadah.

Para sahabat dan orang-orang shalih terdahulu juga memberikan contoh yang luar biasa. Mereka memiliki semangat, antusias dan vitalitas beribadah; menggambarkan luapan keimanan mereka.

"Urwah bin Zubair biasa shalat sunnah di malam hari,” kenang Ibnu Syaudzab, “dengan menghabiskan seperempat Al-Qur’an.”

“Urwah bin Zubair tidak pernah meninggalkan dzikir malam,” tambah Abdullah bin Muhammad bin Ubaid menguatkan, “kecuali saat kakinya diamputasi.”

"Selama 50 tahun,” kata Abdul Mu’in bin Idris dari ayahnya, “Sa’id bin Musayyab shalat Shubuh dengan wudhu Isya”. Hebatnya lagi, selama 50 tahun itu Sa’id bin Musayyab tidak pernah tertinggal takbiratul ula, juga tidak pernah melihat punggung jama’ah karena tidak pernah berada di shaf kedua.

Dalam hadits Rasulullah yang diriwayatkan Imam Tirmirzi semangat beribadah, khususnya shalat berjamaah dikaitkan langsung sebagai bukti keimanan.

Barangsiapa yang kalian lihat biasa ke masjid, saksikanlah bahwa ia beriman (HR. Tirmidzi dan lain-lain)

Jika demikian halnya, adakah pilihan lain bagi kita selain memerangi kemalasan? Takutlah kita jika kemalasan tidak lain adalah tanda kemunafikan yang menghinggapi kita, meskipun itu adalah nifaq amali. []

sumber :

Album Cinta Rasul 5 Ldk Al-ihsan FP Unsyiah




Cinta Rasul   merupakan agenda tahunan LDK Al-ihsan yang dilaksanakan oleh Departemen Syiar dalam rangka menyambut perayaan Maulid Nabi. Agenda ini sudah berjalan lima edisi, dikenal saat itu Cinta Rasul 5 (CR-5).  Pelaksanakan dari tanggal 21 s/d 26 Februari di Fakultas Pertanian Unsyiah meliputi Pelataran Lab HPT, Pelataran Gedung Tipe A, Pelataran Gedung B/ Lab Statistik, Mushalla Al-ihsan dan Halaman depan Pintu Utama Gedung Tipe B. berikut hasil jepretan tim dokumentasi CR-5.


 Umbul-umbul CR-5 di pelataran lab HPT.


 Lomba Azan di Mushalla Al-ihsan






 Stand Bazar BAPP PEMA Unsyiah ikut memeriakan CR 5 di pelataran HPT.


 

 Lomba Cerdas Cermat Agama di Pelataran Gedung Tipe A

Lomba Kaligrafi di Pelataran Gedung Tipe B/ Lab.Statistik FP Unsyiah

Diskusi Perbankan Syariah bersama Perwakilan Bank Muamalat dan Dosen FP Unsyiah.


Donor Darah di Pintu Utama  Gedung Tipe B Faperta Unsyiah




Kajian Akbar Cinta Rasul 5 di Pelataran Tipe A


Arena Nonton Bareng di Pelataran Lab HPT

Inilah beberapa dokumentasi kegiatan CR 5, sampai jumpa lagi di CR 6 2012.


Jumat, 13 Januari 2012

Hati-hati SARS (Sindrom Akibat Rajin SYURO’ )


Ikhwafillah, hari ini ane menemukan lagi sebuah catatan menarik yang kondisinya mirip/persis dengan kondisi di wajihah ana di pertanian unsyiah, semoga catatan ini memberi inspirasi dan semangat baru serta niat tulus ikhlas semata2 kepada Allah.

"Alangkah indahnya syuro"



 “Apa targetnya? Capainnya apa? Alurnya seperti apa? Parameter keberhasilannya apa? Konsepnya yang jelas ya!!”
Kata-kata diatas mungkin sudah akrab di telinga kita. Bahkan jadi menu makan siang kita. Ya..itulah aktivitas syuro.’ Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu kuputusan hendaknya diawali dengan jalan yang baik, salah satunya musyawarah/syuro.’ Ya, karena dengan syuro’ yang kita dahulukan hendaknya bisa membuka grendel keangkuhan yang ada di hati. Menyatukan pikiran-pikiran yang menghasilkan sebuah keputusan yang bisa bermanfaat bagi ummat.
Mengingat urgensi syuro’ ini maka dibutuhkan persiapan yang baik pula. Baik itu niatan, rihiyah, fikriyah bahkan jasadiyah. Jangan sampai kita datang syuro’ dengan “energi sisa”. Energi sisa praktikum, sisa ujian, sisa kuliah, sisa makan, dll. Karena hasilnya pun menjadi “keputusan sisa.” Tak jarang dalam satu hari para aktivis da’wah bisa menghadiri 3 syuro’ bahkan lebih. Bila persiapan kita tidak baik maka gejala yang timbul adalah kepala terasa berat, diajak ngomong ga’ nyambung bahkan tingkahnya aneh-aneh.
Coba deh…kita orientasikan kembali syuro–syuro’ kita yang dijalani selama ini untuk mendapat ridho Allah semata. Allah ghoyatuna…..Karena Alloh adalah tujuan akhir kita. Jangan kita terjebak dengan tujuan-tujuan “antara” yang ingin kita capai, seperti suksesnya suatu kegiatan misalnya. Boleh jadi keberhasilan-keberhasilan yang akan kita capai adalah baik tapi itu dalam sudut pandang kita, tapi bagaimana dengan ridho Allah?!! Oleh karena itu, minimal coba kembali menata niatan kita setiap kali akan syuro’. Dan mencoba berusaha dengan jalan yang benar-benar diridhoi oleh Allah. Dan jangan sampai terkena sindromnya ya…
Mendorong kita untuk terjun dengan da’wah ini…..
Da’wah yang tenang, namun lebuh gemuruh
Dari tiupan angin topan yang menderu…..
Da’wah yang rendah hati, namun lebuh perkasa
Dari keangkuhan gunung yang menjulang…
Da’wah yang terbatas, namun jangkauannya
Lebuh luas dari belahan bumi seluruhnya..
[Majmu’ah rasail, hal 141]
Handa
Ingat!!! Syuro’ hanya bagian kecil penopang dakwah. Terkadang yang terjadi di lapangan adalah rajin melakukan koordinasi, padahal saat itulah seharusnya beraksi. Dakwah tidak bisa dibangun dengan berlelah-lelah dalam majelis syuro’! (red)

artikel ini diambil dari arsip ksai al uswah 2004-2005 yang telah ditampilkan dalam buletin internal ksai movement. dipublish agar lebih bermanfaat… ^_^

Senin, 02 Januari 2012

Mencari Dunia yang hilang di Empe Awee, bagian ke-4


(Catatan perjalanan  di education camp 4 LDK Fosma Unsyiah)
Oleh : Afriandi C,Sp

            Waktu menunjukkan pukul 02.00 subuh, kepulan asap dan tawa menghiasi para panitia dan trainer ikhwan education camp, ditengah dinginnya hawa pengunungan Empe Awee mencoba mengeluarkan kemampuannya memasak ayam bakar, hadiah dari akh Ujang yang tadi pagi baru saja di wisuda.
            Di dalam aula tampak Akh Irfan tengah mengiris bawang dan cabe rawit untuk membuat acar, beberapa ada yang mengobrol dan ada yang tertidur lelap di bangku panjang. Kesibukan luar biasa tampak di luar dengan berbekal peralatan sederhana mereka mencoba membakar ayam.
            Dalam kondisi tanpa pecahayaan yang memadai alias remang-remang, semangat membakar ayam kian mengebu-gebu. Apalagi sang koki akh fahri dengan tangan dinginnya menyelesaikan tugasnya. Tampak beberapa hasil eksperimen terbilang sukses. Ayam bakarnya menjadi gosong semua atau istilah kami saat itu “ AYAM KARBON” .
            Beberapa ada yang menyeletuk, wah saingannya ustad parno nih, Ayam lepas uda ada, trus ada ayam tangkap, ayam kejar, ayam tabrak, nah yang ini baru mantap, pertama di dunia Ayam Karbon, mengandung 80% Karbon dan 20% Gizi. Spontan tawa meledak dianatara kami yang tengah memanggang.
            Perjuangan pun berakhir, saatnya menikmati hasil, jam menujukkan pukul 3 subuh, “ayo bangun semua”  Ayam nya uda jadi nie… sontak beberapa panitia yang tertidur  pun terbangun. Dengan mata yang masih merem melek mencoba bangkit dari tempat peristirahatan bergegas bergabung dengan kami yang sudah stand by di meja makan.
            Saya mencari piring ternyata tidak dapat mengingat piring yang ada di meja kotor semua, usai makan bubur tadi malam. Kondisi tersebut diperparah dengan ketiadaan air, namum itu tidak menyurutkan semangat para ikhwan untuk menghabiskan semua ayam bakar.
            Dengan menggunkan tutup Tupperware bekas wadah sayur lumayan bisa makan sepiring bertiga dengan tutup tersebut, saya menuangkan nasi putih yang sudah keras dan dingin  lalu mengambil ayam karbon dan menuangkan acar kecap yang lumayan pedas, rasa terharu alias menangis tatkala cabe rawit menyentuh lidah, wow pedesnyaaaaa…hikks.hikss menyentuh ke hati.
            Kehebohan terjadi lagi, persediaan air di aula sangat minim, sontak para ikhwan pun kelimpungan mencari air, ada yang mondar mandir keluar masuk aula untuk mencari air. Alhasil subuh itu para panitia dan trainer makan ayam sambil kepedasaan. Saya mencoba mengurangi rasa pedas di lidah dengan menguyah nasi putih, sontak teringat pelajaran biologi waktu SMA kalau nasi mengandung sukrosa, tapi manjur juga uda kondisi genting seperti ini.
            Waktu terus berlanjut suasana sisa peperangan makan “ayam karbon” masih berceceran di TKP, tanpa ada komando semua panitia dan trainer mengamankan area aula supaya besok pagi tidak di investigasi oleh panitia akhwatnya. Usai kegiatan tersebut saya kembali ke mess sambil menunggu waktu subuh.
(bersambung ke bagian ke lima, insya Allah segera di posting)