(Catatan perjalanan di education camp 4 LDK Fosma Unsyiah)
Oleh : Afriandi C,Sp
Waktu
menunjukkan pukul 02.00 subuh, kepulan asap dan tawa menghiasi para panitia dan
trainer ikhwan education camp, ditengah dinginnya hawa pengunungan Empe Awee
mencoba mengeluarkan kemampuannya memasak ayam bakar, hadiah dari akh Ujang
yang tadi pagi baru saja di wisuda.
Di
dalam aula tampak Akh Irfan tengah mengiris bawang dan cabe rawit untuk membuat
acar, beberapa ada yang mengobrol dan ada yang tertidur lelap di bangku
panjang. Kesibukan luar biasa tampak di luar dengan berbekal peralatan
sederhana mereka mencoba membakar ayam.
Dalam
kondisi tanpa pecahayaan yang memadai alias remang-remang, semangat membakar ayam
kian mengebu-gebu. Apalagi sang koki akh fahri dengan tangan dinginnya
menyelesaikan tugasnya. Tampak beberapa hasil eksperimen terbilang sukses. Ayam
bakarnya menjadi gosong semua atau istilah kami saat itu “ AYAM KARBON” .
Beberapa
ada yang menyeletuk, wah saingannya ustad parno nih, Ayam lepas uda ada, trus
ada ayam tangkap, ayam kejar, ayam tabrak, nah yang ini baru mantap, pertama di
dunia Ayam Karbon, mengandung 80% Karbon dan 20% Gizi. Spontan tawa meledak
dianatara kami yang tengah memanggang.
Perjuangan
pun berakhir, saatnya menikmati hasil, jam menujukkan pukul 3 subuh, “ayo
bangun semua” Ayam nya uda jadi nie…
sontak beberapa panitia yang tertidur
pun terbangun. Dengan mata yang masih merem melek mencoba bangkit dari
tempat peristirahatan bergegas bergabung dengan kami yang sudah stand by di
meja makan.
Saya
mencari piring ternyata tidak dapat mengingat piring yang ada di meja kotor
semua, usai makan bubur tadi malam. Kondisi tersebut diperparah dengan
ketiadaan air, namum itu tidak menyurutkan semangat para ikhwan untuk
menghabiskan semua ayam bakar.
Dengan
menggunkan tutup Tupperware bekas wadah sayur lumayan bisa makan sepiring
bertiga dengan tutup tersebut, saya menuangkan nasi putih yang sudah keras dan
dingin lalu mengambil ayam karbon dan
menuangkan acar kecap yang lumayan pedas, rasa terharu alias menangis tatkala
cabe rawit menyentuh lidah, wow pedesnyaaaaa…hikks.hikss menyentuh ke hati.
Kehebohan
terjadi lagi, persediaan air di aula sangat minim, sontak para ikhwan pun
kelimpungan mencari air, ada yang mondar mandir keluar masuk aula untuk mencari
air. Alhasil subuh itu para panitia dan trainer makan ayam sambil kepedasaan.
Saya mencoba mengurangi rasa pedas di lidah dengan menguyah nasi putih, sontak
teringat pelajaran biologi waktu SMA kalau nasi mengandung sukrosa, tapi manjur
juga uda kondisi genting seperti ini.
Waktu
terus berlanjut suasana sisa peperangan makan “ayam karbon” masih berceceran di
TKP, tanpa ada komando semua panitia dan trainer mengamankan area aula supaya
besok pagi tidak di investigasi oleh panitia akhwatnya. Usai kegiatan tersebut
saya kembali ke mess sambil menunggu waktu subuh.
(bersambung ke bagian ke lima, insya Allah segera di posting)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar