Jumat, 13 Januari 2012

Hati-hati SARS (Sindrom Akibat Rajin SYURO’ )


Ikhwafillah, hari ini ane menemukan lagi sebuah catatan menarik yang kondisinya mirip/persis dengan kondisi di wajihah ana di pertanian unsyiah, semoga catatan ini memberi inspirasi dan semangat baru serta niat tulus ikhlas semata2 kepada Allah.

"Alangkah indahnya syuro"



 “Apa targetnya? Capainnya apa? Alurnya seperti apa? Parameter keberhasilannya apa? Konsepnya yang jelas ya!!”
Kata-kata diatas mungkin sudah akrab di telinga kita. Bahkan jadi menu makan siang kita. Ya..itulah aktivitas syuro.’ Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu kuputusan hendaknya diawali dengan jalan yang baik, salah satunya musyawarah/syuro.’ Ya, karena dengan syuro’ yang kita dahulukan hendaknya bisa membuka grendel keangkuhan yang ada di hati. Menyatukan pikiran-pikiran yang menghasilkan sebuah keputusan yang bisa bermanfaat bagi ummat.
Mengingat urgensi syuro’ ini maka dibutuhkan persiapan yang baik pula. Baik itu niatan, rihiyah, fikriyah bahkan jasadiyah. Jangan sampai kita datang syuro’ dengan “energi sisa”. Energi sisa praktikum, sisa ujian, sisa kuliah, sisa makan, dll. Karena hasilnya pun menjadi “keputusan sisa.” Tak jarang dalam satu hari para aktivis da’wah bisa menghadiri 3 syuro’ bahkan lebih. Bila persiapan kita tidak baik maka gejala yang timbul adalah kepala terasa berat, diajak ngomong ga’ nyambung bahkan tingkahnya aneh-aneh.
Coba deh…kita orientasikan kembali syuro–syuro’ kita yang dijalani selama ini untuk mendapat ridho Allah semata. Allah ghoyatuna…..Karena Alloh adalah tujuan akhir kita. Jangan kita terjebak dengan tujuan-tujuan “antara” yang ingin kita capai, seperti suksesnya suatu kegiatan misalnya. Boleh jadi keberhasilan-keberhasilan yang akan kita capai adalah baik tapi itu dalam sudut pandang kita, tapi bagaimana dengan ridho Allah?!! Oleh karena itu, minimal coba kembali menata niatan kita setiap kali akan syuro’. Dan mencoba berusaha dengan jalan yang benar-benar diridhoi oleh Allah. Dan jangan sampai terkena sindromnya ya…
Mendorong kita untuk terjun dengan da’wah ini…..
Da’wah yang tenang, namun lebuh gemuruh
Dari tiupan angin topan yang menderu…..
Da’wah yang rendah hati, namun lebuh perkasa
Dari keangkuhan gunung yang menjulang…
Da’wah yang terbatas, namun jangkauannya
Lebuh luas dari belahan bumi seluruhnya..
[Majmu’ah rasail, hal 141]
Handa
Ingat!!! Syuro’ hanya bagian kecil penopang dakwah. Terkadang yang terjadi di lapangan adalah rajin melakukan koordinasi, padahal saat itulah seharusnya beraksi. Dakwah tidak bisa dibangun dengan berlelah-lelah dalam majelis syuro’! (red)

artikel ini diambil dari arsip ksai al uswah 2004-2005 yang telah ditampilkan dalam buletin internal ksai movement. dipublish agar lebih bermanfaat… ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar