Senin, 28 Januari 2013

Kisah yang Mengharukan: Anak yang Mengeraskan Suaranya di Masjid


Seorang imam masjid mengisahkan..

Ada seorang anak kecil yang umurnya blm mencpai 10 thn. Dia selalu menjalankan shalat berjamaah di masjid, dan selalunya berusaha menempati shaf plg depan. Anak itu biasa mengeraskan suara saat shalat, terutama tatkala saya selesai membaca al-fatihah, si anak membaca “aamiin” dengan suara sangat keras.

Suatu kali, saya ingin menasihati anak ini agar merubah kebiasaannya. Akan tetapi setiap kali saya selesai shalat dan berdzikir anak itu telah pergi, saya tidak sempat berbicara dengannya.


Hingga suatu kali, setelah
selesai shalat saya langsung memegang tangan anak itu sebelum ia pergi. Lalu saya bertanya, “Nak, mengapa kamu sering berteriak keras sewaktu shalat?”
Anak itu menjawab : Rumah saya dekat dengan masjid, tapi ayah tidak pernah ke masjid sama sekali. Saya mengeraskan suara agar ayah mendengar suaraku melalui loudspeaker masjid. Dengan begitu ayah tahu bahwa saya shalat di masjid. Saya berharap ayah segera menyusul ke masjid setelah mendengar suara saya.

Imam tsb melanjutkan ceritanya, “Betapa merinding bulu kudukku ketika mendengar jawaban anak ini. Maka saya bersepakat dengan sebagian jamaah untuk mengunjungi ayah dari anak tersebut untuk memberikan nasihat dan menceritakan apa yang dilakukan anaknya di masjid.

Hingga akhirnya sang ayah bisa tertib menjalankan shalat jamaah di masjid, Allahu akbar walillahilhamd

Sabtu, 26 Januari 2013

Rindu Kami Padamu, Ya Rasul


Islamedia - Wajah-wajah duka terlihat di sebuah rumah sederhana di Madinah. Sesekali terdengar isak tangis. Di hadapan mereka, tampak sesosok tubuh terbujur kaku, kepalanya berada di pangkuan seorang wanita, Siti Aisyah. Perlahan, Aisyah meletakkan kepala laki-laki yang tak bergerak itu di atas bantal. Kemudian Aisyah berdiri, ia memukul-mukul mukanya sendiri seperti yang dilakukan wanita-wanita lain. Kesedihan menyengat.


Hari itu, saat yang menyesakkan dada umat Islam. Seorang manusia mulia, Nabi Muhammad SAW berpulang ke rahmatullah. Kaum muslimin yang sedang berada di masjid, tak jauh dari rumah Nabi, terkejut mendengar kabar itu. Bagaimana tidak, sebab di pagi hari Nabi terlihat sehat, sembuh dari penyakit yang dideritanya. Mereka tak percaya,  termasuk Umar bin Khattab. Namun, Abu Bakar segera mengingatkan:

“Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah meninggal. Tetapi barangsiapa mau menyembah Tuhan, Tuhan hidup selalu tak pernah mati.”

Lebih 14 abad berlalu, tapi kecintaan umatnya kepada Rasul pilihan itu tak juga lekang. Seperti kecintaan Umar, sehingga ia tak percaya jika Nabi bisa wafat. Peringatan Maulid Nabi yang setiap tahun digelar, menjadi salah satu buktinya. Lomba nasyid, tabligh akbar, zikir bersama, istighotshah, ceramah dan pengajian di kampung-kampung kerap mengiringi perayaan tersebut. Mulai dari anak-anak Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) sampai orangtua. Dari masjid-masjid di gang sempit hingga Istana Negara.

Muhammad, memang patut dicintai dan diteladani seperti yang difirmankan Allah dalam Surat Al-Ahzab:21. “Sesungguhnya dalam diri Rasulullah itu terdapat suri tauladan yang baik.”
Keteladanan itu bisa dicontoh oleh siapa pun, dengan latar belakang apa pun. Seorang jenderal militer dapat mengikuti strategi dan taktik perangnya. Nabi adalah seorang panglima perang ulung. Saat Perang Badr, Muhammad SAW memimpin pasukan muslimin yang hanya berjumlah 300 orang, dengan perlengkapan seadanya. Sedangkan kekuatan musuhnya, kaum Quraisy, tiga kali lipatnya, dipimpin antara lain oleh Abu Jahal.

Tak ingin kaum muslimin jatuh mentalnya, Muhammad berkata di hadapan mereka. Membakar semangat jihad untuk menghadapi musuh.

“Demi Dia Yang memegang hidup Muhammad. Setiap orang yang sekarang bertempur dengan tabah, bertahan mati-matian, terus maju dan pantang mundur, lalu ia tewas, maka Allah akan menempatkannya di dalam surga.”

Perang pun pecah di Jum’at, 17 Ramadhan. Serentak pihak muslimin menyerbu ke depan, masih dalam jumlah yang lebih kecil dari jumlah Quraisy. Kemenangan diraih kaum muslimin. Musuh lari tunggang-langgang. Sementara yang tak berhasil dibunuh dan menyelamatkan diri, ditawan oleh pasukan Muhammad.

Firman Allah turun:
“Sebenarnya bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah juga yang telah membunuh mereka. Juga ketika kau lemparkan, sebenarnya bukan engkau yang melakukan itu, melainkan Tuhan juga.” (QS.8:17).

Saat Perang Uhud, 15 Syawal 3 H (Maret 625 M), kelihaian strategi perang  Nabi Muhammad saw kembali teruji. Untuk menghadapi kaum Quraisy --yang mencoba membalas dendam akibat kalah dalam Perang Badr-- pasukan Islam mengambil posisi di atas bukit Jabal Uhud. Strategi itu terbukti berhasil karena mampu menaklukkan musuh.

Sayang, kemenangan yang sudah di depan mata sirna ketika pasukan pemanah terpancing oleh ghonimah (harta rampasan perang, red). Mereka pun turun dari bukit dengan melawan instruksi Nabi saw. Maka pasukan Quraisy segera merebut posisi di atas bukit, dan dari situ menyerang pasukan Islam sampai menewaskan 70 syuhada.

Sementara, Perjanjian Hudaibiyah, menjadi potret ketajaman visi Rasulullah saw yang layak dicontoh pemimpin negeri ini. Perjanjian --yang dibuat agar kaum muslimin mendapatkan kemudahan jika hendak umrah dan haji di Mekah itu—mendapat protes keras dari sahabat Nabi. Umar bin Khattab menilai, perjanjian itu hanya menguntungkan Quraisy dan sangat merugikan umat Islam. “Bukankah Engkau utusan Allah, tetapi mengapa membuat perjanjian ini?” tanya Umar.

Ternyata, Perjanjian Hudaibiyah jus­tru menguntungkan kaum muslimin. Dilihat dari sudut politik, kaum muslimin mengalami dan mendapatkan perdamaian, sehingga tidak perlu lagi memusatkan ke­kuatan untuk menghadapi Quraisy. Di­lihat dari sektor pertahanan, kaum mus­limin di Madinah dapat menyusun kekuatan baru dengan aman tanpa merasa diancam terus-menerus dari luar.

Kaum muslimin dari Madinah dengan bebasnya bisa masuk ke Mekah tanpa mendapat tekanan dan ancaman. Mereka bisa bertemu dengan keluarga yang ada di Mekah. Di samping itu, kaum muslimin yang ada di Madinah bisa melakukan perdagangan di Mekah dengan bebas. Hubungan sosial antara kaum muhajirin yang telah meninggalkan Mekah ketika berhijrah, dapat terjalin kembali dengan keluarga dan sahabat di Mekah.

Sifat Nabi Muhammad saw yang adil, bahkan sudah ditunjukkannya jauh sebelum menjadi Rasul. Ketika ia ditunjuk untuk memutuskan siapa yang berhak membawa Hajar Aswad ke dalam Ka’bah oleh para Kabilah di Mekah, dengan bijak Nabi mengambil keputusan. Diambilnya kain, diletakkan Hajar Aswad diatasnya. Setiap perwakilan Kabilah memegang ujung kain tersebut. Semua pihak puas.

Kelembutan dan kasih sayangnya, ia perlihatkan saat menjadi orang pertama yang mengunjungi seorang nenek tua yang sakit. Padahal, nenek tersebut kerap meludahi Nabi Muhammad saw saat hendak pergi ke masjid.

Sayangnya, kemuliaan akhlaq Nabi tak juga bisa diikuti oleh umatnya yang mengaku mencintainya. Contoh, betapa sulitnya sifat jujur dan amanah dimiliki oleh mayoritas rakyat dan pemimpin negeri ini –-sifat yang justru melekat pada diri Nabi yang mereka cintai sehingga diberi gelar “Al Amin.” Korupsi, kebohongan publik, hakim yang mudah disuap, polisi yang kerap meminta “uang damai”, adalah contoh dari borok yang menghiasi wajah Ibu Pertiwi.

Kita boleh jadi kesulitan mengikuti seluruh tindak tanduk Nabi saw yang penuh dengan keagungan. Kepeduliannya, kejujuran, keadilan, kebijaksanaan hingga kelembutannya. Tapi, seberapa sulitkah kita hanya untuk mengikuti salah satu akhlaqnya?

Kita, terutama para pemimpin negeri ini, tampak begitu sukar (atau tidak mau?) mengikuti hanya satu perilaku Nabi saw. Dan kita pun harus merasakan kedukaan yang sama seperti yang dialami oleh kaum muslimin, lebih dari 14 abad lalu, saat Nabi saw wafat. Karena, hampir tidak ada pemimpin yang patut diteladani. Kami rindu padamu ya, Rasul. 

Erwyn Kurniawan

Profil Partai Peserta Pemilu 2014

Berikut profil 10 Partai yang lolos menuju Pentas Pemilu 2014

1. Partai NasDem

  • Ketua     : Patrice Rio Capella
  • Sekretaris jenderal     : Ahmad Rofiq
  • Didirikan     : 26 Juli 2011
  • Kantor pusat    :  Jl. R.P. Soeroso No. 44, Gondangdia Lama, Menteng, Jakarta Pusat, Jakarta 10350
  • Ideologi     : Pancasila
  • Situs web : http://www.partainasdem.or.id/
2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
  • Ketua     : Muhaimin Iskandar
  • Sekretaris jenderal    :  Imam Nachrawi
  • Didirikan    :  23 Juli 1998
  • Kantor pusat     : Jl. Raden Saleh 1 No. 9, Menteng, Jakarta Pusat, DKI Jakarta
  • Ideologi     : Pancasila
  • Kursi di DPR (2009)   : 27
  • Situs web : http://www.dpp.pkb.or.id/
3. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
  • Ketua    :  Luthfi Hasan Ishaq
  • Sekretaris jenderal    :  Muhammad Anis Matta
  • Didirikan     : 20 Juli 1998 (dengan nama  Partai Keadilan), 20 April 2002 (dengan nama  PKS)
  • Kantor pusat     : DKI Jakarta
  • Ideologi     : Islam dan Pancasila
  • Kursi di DPR (2009)  : 57
  • Situs web: http://www.pks.or.id/
4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
  • Ketua     Megawati Soekarnoputri (sejak 1999)
  • Sekretaris jenderal     : Tjahjo Kumolo
  • Didirikan     : 1999; 10 Januari 1973 (pendirian PDI, dianggap sebagai penerus)
  • Kantor pusat     : Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan
  • Ideologi     : Marhaenisme
  • Kursi di DPR (2009)  : 95 kursi
  • Situs web : http://www.pdiperjuangan.or.id/
5. Partai Golongan Karya (Partai Golkar)
  • Ketua   :  Ir. Aburizal Bakrie
  • Sekretaris jenderal     : Idrus Marham
  • Didirikan     : 20 Oktober 1964
  • Kantor pusat   :   DKI Jakarta
  • Ideologi     : Pancasila
  • Kursi di DPR (2009)  : 107
  • Situs web : http://www.golkar.or.id
6. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
  • Ketua     Prof. Dr. Ir. Suhardi, M.Sc
  • Sekretaris jenderal     : H. Ahmad Muzani, S.Sos
  • Kantor pusat     : Jl. RM. Harsono No. 54 Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550
  • Ideologi     : Pancasila
  • Kursi di DPR (2009)  : 26
  • Situs web : http://www.partaigerindra.or.id
7. Partai Demokrat
  • Ketua    :  Anas Urbaningrum
  • Sekretaris jenderal   :   Edhie Baskoro Yudhoyono
  • Ketua fraksi di DPR    : Jafar Hafsah
  • Didirikan     : 9 September 2001
  • Kantor pusat     : DKI Jakarta
  • Ideologi     : Pancasila
  • Kursi di DPR (2009)  150
  • Situs web : http://www.demokrat.or.id
8. Partai Amanat Nasional (PAN)
  • Ketua     : Hatta Rajasa
  • Sekretaris jenderal    :  Taufik Kurniawan
  • Didirikan     : 23 Agustus 1998
  • Kantor pusat     : Jakarta Selatan, DKI Jakarta
  • Ideologi     : Pancasila
  • Kursi di DPR (2009): 43
  • Situs web : http://www.pan.or.id
9. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
  • Ketua     : Suryadharma Ali
  • Sekretaris jenderal    :  Irgan Chairul Mahfidz
  • Didirikan    :  5 Januari 1973
  • Kantor pusat    Jl. Diponegoro No.60 10310 Jakarta DKI Jakarta, Telp. 021-31936338, 021-3908070
  • Ideologi   :   Islam
  • Kursi di DPR (2009) : 37
  • Situs web : http://www.ppp.or.id
10. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)
  • Ketua     : H. Wiranto, S.H.
  • Sekretaris jenderal    :  Dossy Iskandar Prasetyo
  • Didirikan     : 14 November 2006
  • Kantor pusat     : Menteng, Jakarta Pusat, DKI Jakarta
  • Ideologi     : Pancasila
  • Kursi di DPR (2009) : 18
  • Situs web : http://www.hanura.com

Orang-orang yang di do'akan oleh para Malaikat


Allah SWT berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' 26-28)


Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2. Orang yang duduk menunggu shalat. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)

3. Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat. Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

4. Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf). Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)

6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

7. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)

9. Orang - orang yang berinfak. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

10. Orang yang makan sahur. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

11. Orang yang menjenguk orang sakit. Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")

12. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Maraji' (sumber) :

Disarikan dari Buku Orang - orang yang Didoakan Malaikat, Syaikh Fadhl Ilahi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005

Jumat, 18 Januari 2013

Gadis 8 Tahun Wawancarai Erdogan untuk Mengerjakan PR Sekolah

Seorang siswa sekolah dasar berusia 8 tahun, Hale Hançerkıran, berkesempatan untuk mewawancarai Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan untuk menyelesaikan PR (Pekerjaan Rumah) pada hari Selasa, 15/01/13.

Hançerkıran, siswa kelas kedua di Sekolah Dasar FeyzioÄŸlu Turhan, Ankara, menghentikan langkah Erdogan sebelum melakukan pertemuan dengan anggota parlemen dari fraksi partainya dan meminta wawancara untuk tugasnya, berjudul "Wawancara dengan Politikus”.

Erdogan menerima permintaan gadis cilik itu dan bersedia diwawancarai setelah pertemuan. Selama Erdogan berbicara pada pertemuan fraksi parlemen, Hançerkıran mendengarkan seluruh pidatonya dari belakang podium.

Erdogan kemudian diwawancarai gadis itu di kantornya.

"Berapa banyak anak yang Anda miliki, Paman Tayyip?" Itu adalah pertanyaan pertama gadis itu.

Erdogan menjawab: "Empat. Dua putra dan dua putri. "

Hançerkıran meminta Erdogan bagaimana rasanya menjadi Perdana Menteri. Erdogan mengatakan menjadi Perdana Menteri membawa banyak tanggung jawab, dan bahwa itu adalah pekerjaan yang sangat penting yang memberikan satu kesempatan untuk melayani bangsa dan tanah air seseorang.

Gadis itu juga ingin tahu bagaimana Erdogan berhasil tetap energik meskipun jadwal sibuk.

"Saya tidak punya kebiasaan buruk. Saya tidak minum alkohol dan tidak merokok. Satu-satunya fokus saya adalah melakukan pekerjaan saya," katanya.

Untuk pertanyaan lain tentang apakah Erdogan dapat mengalokasikan sebagian besar waktunya untuk anak-anaknya, Perdana Menteri Erdogan mengatakan anak-anaknya sudah dewasa dan tiga dari mereka sudah menikah.

"Saya punya tiga cucu. Dua dari mereka adalah anak laki-laki, sementara satu adalah seorang gadis," tambahnya.

Gadis cilik yang didampingi ayahnya itu diberikan sebuah boneka sebagai hadiah dari Perdana Menteri.

Sumber: Todays Zaman

Otak Kiri Vs Otak Kanan

Ilustrasi Otak Kiri dan Otak Kanan

Ibadah cara otak kiri :
~ Kaya dulu baru sedekah, baru umrah.
~ Mapan dulu, baru menikah, baru punya anak.
~ Cukup dulu, baru berbakti kepada orang tua.
~ Dapat nikmat dulu, baru bersyukur, baru khusnudzon
~ Punya kebebasan waktu dulu, baru shalat dhuha, baru shalat tahajjut.
~ Merasa berdosa dulu baru shalat taubat, baru istighfar
~ Selesai shalat dulu, baru dzikir.
~ Dzikir dengan hitung2an khusus
Sepintas ini nampak masuk akal.

Padahal otak kanan dan agama malah mengajarkan kebalikannya :
~ Sedekah dulu, baru rejekinya bisa berlimpah
~ Menikah dulu, baru rejekinya bisa berlebih
~ Bersyukur, khusnudzon, istighfar dan dzikir itu mesti diamalkan kapanpun, dimanapun, dan tidak harus ada sebab2 khusus, juga tidak harus ada hitungan2 khusus( boleh sih boleh tapi taidak harus)
~ Tidak percaya..? coba aja sendiri.. ^__^
~ Memang, otak kiri dan otak kanan senantiasa bekerja beriringan dan saling mendukung. Apalagi terkait ibadah, otak kiri sangat berperan untuk keteraturan dan penghafalan. Apa yg disesalkan disini adalah pola pikir kiri yg berlebihan terutama soal rasionalistis.
 

Sabtu, 12 Januari 2013

KISAH NYATA ARIF SI NARAPIDANA CILIK YANG CERDAS


Terus terang, meski sudah beberapa kali mengadakan penelitian Kriminal di LP, pengalaman kali ini adalah pengalaman pertama saya ngobrol langsung dengan seseorang yang didakwa kasus pembunuhan berencana.

Dengan jantung dag dig dug, pikiran saya melayang-layang mengira-ngira gambaran orang yang akan saya temui. Sudah terbayang muka keji Hanibal Lecter, juga penjahat-penjahat berjenggot palsu ala sinetron, dan gambaran-gambaran pembunuh berdarah dingin lain yang sering saya temui di cerita TV.

Well, akhirnya setelah menunggu sekian lama berharap-harap cemas, salah satu sipir membawa seorang anak kehadapan saya.Yup, benar seorang anak berumur 8 tahun. Tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa dengan wajah yang diliputi senyum malu-malu. Matanya teduh dengan gerak-gerik yang sopan.

Saya pun membaca berkas kasusnya yang diserahkan oleh sipir itu. Sebelum masuk penjara ternyata ia adalah juara kelas di sekolahnya, juara menggambar, jago bermain suling, juara mengaji dan azan di tingkat anak-anak.

Kemampuan berhitungnya lumayan menonjol. Bahkan dari balik sekolah di dalam penjara pun nilai sekolahnya tercatat kedua terbesar tingkat provinsi. Lantas kenapa ia sampai membunuh? Dengan rencana pula?

Kasus ini terjadi ketika Arif sebut saja nama anak ini begitu, belum genap berusia tujuh tahun.Ayahnya yang berdagang di sebuah pasar di daerah bekasi, dihabisi kepala preman yang menguasai daerah itu. Latar belakangnya karena si ayah enggan membayar uang 'keamanan' yang begitu tinggi.

Berita ini rupanya sampai di telinga Arif. Malam esok harinya setelah ayahnya dikebumikan ia mendatangi tempat mangkal preman tersebut. Bermodalkan pisau dapur ia menantang orang yang membunuh ayahnya.

"Siapa yang bunuh ayah saya!" teriaknya kepada orang yang ada di tempat itu.

"Gue terus kenapa?" ujar kepala preman yang membunuh ayahnya sambil disambut gelak tawa di belakangnya.

Tanpa banyak bicara anak kecil itu sambil melompat menghunuskan pisau ke perut si preman. Dan tepat mengenai ulu hatinya, pria berbadan besar itu jatuh tersungkur ke tanah. Arif pun langsung lari pulang ke rumah setelahnya. Akhirnya selesai sholat subuh esok paginya ia digelandang ke kantor polisi.

"Arif nih sering bikin repot petugas di Lapas!" ujar kepala lapas yang ikut menemani saya mewawancarai arif sambil tersenyum. Ternyata sejak di penjara dua tahun lalu. Anak ini sudah tiga kali melarikan diri dari selnya. Dan caranya pun menurut saya tergolong ajaib.

Pelarian pertama dilakukannya dengan cara yang tak terpikirkan siapapun. Setiap pagi sampah-sampah dari Lapas itu di jemput oleh mobil kebersihan. Sadar akan hal ini, diam-diam Arif menyelinap ke dalam salah satu kantung sampah. Hasilnya 1-0 untuk Arif. Ia berhasil keluar dari penjara.

Pelarian kedua lebih kreatif lagi. Anak yang doyan baca ini pernah membaca artikel tentang fermentasi makanan tape (ingat lho waktu wawancara usianya baru 8 tahun). Dari situ ia mendapat informasi bahwa tape mengandung udara panas yang bersifat destruktif terhadap benda keras.

Kebetulan pula di Lapas anak ini disediakan tape uli dua kali dalam seminggu. Setiap disediakan tape, arif selalu berpuasa karena jatah tape itu dibalurkannya ke dinding tembok sel tahanannya. Hasilnya setelah empat bulan, tembok penjara itu menjadi lunak seperti tanah liat. Satu buah lubang berhasil dibuatnya. 2-0 untuk arif. Ia keluar penjara ke dua kalinya.

Pelarian ke tiganya dilakukan ala Mission Imposible. Arif yang ditugasi membersihkan kamar mandi melihat ember sebagai sebuah solusi. Besi yang berfungsi sebagai pegangan ember itu di simpan di dalam kamarnya. Tahu bahwa dirinya sudah diawasi sangat ketat, Arif memilih tempat persembunyian paling aman sebelum memutuskan untuk kabur.

Ruang kepala Lapas menjadi pilihannya. Alasannya jelas, karena tidak pernah satu pun penjaga berani memeriksa ruang ini. Ketika tengah malam ia menyelinap keluar dengan menggunakan besi pegangan ember untuk membuka pintu dan gembok. Jangan Tanya saya bagaimana caranya, pokoknya tahu-tahu ia sudah di luar. 3-0 untuk Arif.

Lantas kenapa ia bisa tertangkap lagi? Rupanya kepintaran itu masih berada di sebuah kepala bocah.Pelarian-pelariannya didorong dari rasa kangennya terhadap ibunya. Anak ini keluar dari penjara hanya untuk ke rumah sang ibunda tercinta. Jadi dari Lapas tanggerang ia menumpang-numpang mobil Omprengan dan juga berjalan kaki sekian kilometer dengan satu tujuan, pulang!

Karena itu pula pada pelarian Arif yang ketiga, kepala Lapas yang juga seorang ibu ini meminta anak buahnya untuk tidak segera menjemput Arif. Hasilnya dua hari kemudian Arif kembali lagi ke lapas sambil membawa surat untuk kepala Lapas yang ditulisnya sendiri.

* Ibu kepala Arif minta maaf, tapi Arif kangen sama ibu Arif. * Tulisnya singkat.

Seorang anak cerdas yang harus terkurung dipenjara. Tapi, saya tidak lantas berpikir bahwa ia tidak benar-benar bersalah dan harus dibebaskan. Bagaimanapun juga ia telah menghilangkan nyawa seseorang. Tapi saya hanya berandai-andai jika saja, kebijakan bertindak cepat menangkap pembunuh si ayah (secepat polisi menangkap si Arif) pastinya saat ini anak pintar dan rajin itu tidak akan berada di tempat seperti ini.Dan kreativitasnya yang tinggi itu bisa berguna untuk hal yang lain.

Sayangnya si Arif itu cuma anak pedagang sayur miskin sementara si preman yang dibunuhnya selalu setia menyetor kepada pihak berwajib setempat. Itulah yang namanya keadilan di negeri ini!

Semoga bermanfaat bagi yang membacanya .....
.... Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan

RAHASIA "CAS PLENG" SUKSES IKHWANUL MUSLIMIN

Oleh Ikhwanul Kiram Mashuri

Menang dan menang. Inilah yang dialami Ikhwanul Muslimin, sebuah organisasi sosial keagaman di Mesir, sejak lengsernya Husni Mubarak dari jabatan presiden pada 11 Februari 2011. Hanya kurang dari dua tahun ormas yang berdiri pada 1928 itu--melalui sayap politiknya, Partai Kebebasan dan Keadilan--telah memenangkan pemilihan Majelis Al Sya’b (DPR) sebelum kemudian dibubarkan militer, Majelis Syuro (MPR), pemilu presiden, dan terakhir juga memenangkan referendum terhadap konstitusi baru.

Yang terakhir ini, tim perumusnya berjumlah 100 orang. Sebagian besar adalah anggota atau simpatisan dari Ikhwanul Muslimin. Dan, karena itu, konstitusi baru Mesir ini dinilai banyak pihak--terutama para liberalis, sosialis, dan kaum sekuler--sebagai sangat Islami.

Sejak kemenangan Ikhwanul Muslimin, untuk selanjutnya ditulis al Ikhwan, para pengamat--baik lokal maupun Barat--pun disibukkan untuk mencari tahu rahasia ces pleng bagaimana ormas ini, hanya kurang dari dua tahun sudah berhasil mendominasi peta perpolitikan di Mesir. Mereka menyebutnya sebagai "mayoritas yang paling siap" (al aghlabiyah al jahizah).

Ada juga yang menyatakannya sebagai "satu-satunya yang selalu beruntung dan berulang-ulang juara pertama" (daaiman robihan wahiidan wa yatakarroru fauzuhu bil jaaizatil uula). Sejumlah pengamat menganalisis, kunci sukses al Ikhwan adalah lantaran telah lama terzalimi. Lebih dari 80 tahun para tokoh dan pemimpinnya teraniaya.

Namun, di tengah kezaliman dan penganiayaan, baik oleh penjajah asing maupun oleh rezim bangsanya sendiri, pimpiman dan kader-kader al Ikhwan terus bisa bertahan. Bahkan, para pengikutnya bukan berkurang, tapi justru terus bertambah. Bukan hanya di kota-kota, tapi juga di pelosok-pelosok desa.

Para pengamat menyebut kaderisasi model al Ikhwan ini sebagai "Kampus Besar Ikhwanul Muslimin" (al Jami’ah al Kubro lil Ikhwanul Muslimin). Para "mahasiswa-mahasiswinya" sangat militan, loyal, dan berdedikasi. Mereka aktif terjun di masyarakat. Membantu mereka yang membutuhkan, termasuk dari hal-hal yang kecil.

Karena itu, bila suatu waktu berkunjung ke Mesir, Anda jangan heran bila menjumpai anak-anak muda di terminal bus, stasiun kereta api, dan tempat-tempat umum ada yang menawarkan jasa. Misalnya, menuntun orang tua untuk menyeberangi jalan, membawakan barang bawaan penumpang, membantu menghadapi kejahatan, cepat mengulurkan tangan ke masyarakat yang kena musibah, serta memberikan bantuan-bantuan sosial lainnya.

Semua mereka lakukan tanpa minta imbalan dan tanpa diliput media. Tidak seperti para politikus Indonesia yang selalu mengajak wartawan bila ingin memberikan bantuan kepada masyarakat. Sebelum menawarkan jasa, biasanya mereka memperkenalkan identitas terlebih dulu, sehingga masyarakat tidak ragu.

Kaderisasi seperti ini telah berjalan selama puluhan tahun. Tak mengherankan bila kemudian banyak masyarakat yang simpati kepada aktivitas dan gerakan al Ikhwan. Para kader dan simpatisan inilah yang kemudian membentuk apa yang dinamakan silent majority (al aktsariyah al shomitah). Mayoritas diam inilah yang kelak selalu memenangkan al Ikhwan di pentas politik dan pesta demokrasi di Mesir setelah tumbangnya rezim Husni Mubarak.

Gerakan dan kaderisasi model Kampus Besar Ikhwanul Muslimin tersebut tentu tak terlepas dari sang pendiri dan pimpinan teras al Ikhwan. Ormas ini didirikan Sheikh Hasan al Bana dan koleganya pada 1928, ketika Mesir masih berbentuk kerajaan dan di bawah kendali penjajah Inggris. Meskipun gerakan Islam politik dalam sejarah modern diawali oleh Jamaluddin Al Afghani (1838) dan kemudian oleh Muhammad Abduh (1849--1905), namun dalam bentuk organisasi dan kaderisasi yang lebih terstruktur baru dimulai oleh Sheikh al Bana dengan al Ikhwannya.

Sheikh al Bana terbunuh pada 1949 setelah melawan Raja Faruk yang dituduh telah bekerja sama dengan penjajah Inggris. Sheikh Sayyid Qutub lalu menggantikannya. Setelah al Bana, Qutub merupakan ideolog al Ikhwan. Ia banyak berceramah dan menulis buku untuk menjabarkan ajaran dan ideologi Ikhwanul Muslimin.

Pada mulanya, Sayyid Qutub bekerja sama dengan Jamal Abdul Nasir ketika melawan penjajahan Inggris. Namun, setelah Mesir merdeka dan Nasir jadi presiden, mereka pun berselisih paham yang berakibat pada pembunuhan Sheikh Qutub (1966) dan pelarangan gerakan al Ikhwan. Nasir ingin menjadikan Mesir sebagai negara sosialis dan poros dari pan-Arabisme, sementara Sheikh Qutub menghendaki negara yang berlandaskan Islam.

Larangan terhadap gerakan al Ikhwan ini kemudian terus berlanjut pada masa Presiden Anwar Sadat dan Husni Mubarak. Banyak tokoh Al Ikhwan dikejar-kejar dan dijebloskan dalam penjara. Termasuk Sheikh Muhammad Mursi yang kini terpilih menjadi presiden. Meskipun dilarang, kader-kader al Ikhwan terus bergerak, baik di bawah tanah maupun terang-terangan, bahkan lebih militan.

Demi perjuangan, mereka kemudian banyak yang berganti "baju", baik sebagai LSM maupun asosiasi-asosiasi keprofesian. Misalnya, asosiasi dokter, insinyur, pengacara, wartawan, dan sebagainya. Melalui mimbar asosiasi, media, dan LSM mereka kemudian meneriakkan pentingnya nilai-nilai demokrasi untuk melawan rezim diktator.

Para kader dan simpatisan Al Ikhwan aktif menggerakkan aksi-aksi unjuk rasa untuk menjatuhkan rezim diktator Husni Mubarak. Bagi al Ikhwan, Islam tidak bertentangan dengan demokrasi. Bahkan, justru di alam demokrasilah nilai-nilai Islam dapat diperjuangkan. Dan, inilah yang dibuktikan oleh al Ikhwan ketika memenangkan pemilu demokratis di Mesir.

Sabtu, 05 Januari 2013

MURSI MEMBERI BUKTI BUKAN JANJI (EVALUASI ENAM BULAN)

By: Nandang Burhanudin

***
“Ketika rakyat menerima sepenuh hati amandemen Konstitusi, maka kita harus meresponnya dengan cakrawala baru dalam peningkatan kesejahteraan rakyat.” (Presiden Moursi)

Menurut Ir. Abul ‘Ala Madhi, Ketua Partai Al-Wasath, saat menjawab wawancara dengan stasiun Al-Jazeera:
“Apakah anda di partai Al-Wasath merasa menyesal ketika mendukung Dr. Abdul Futuh pada putaran pertama Pilpres 2012?”
Ir. Abul ‘Ala Madhi menjawab, “Kami sama sekali tidak menyesal. Keputusan itu lahir dalam kondisi mendesak. Kini kami dapat mengatakan, adalah karunia Allah ketika yang terpilih itu Dr. Moursi sebagai presiden. Karena beliau adalah presiden yang didukung jamaah terbesar seperti Ikhwanul Muslimin dan partainya Hizbul Hurriyyah wal ‘Adalah (FJP Party). Andai saja yang terpilih sosok Dr. Abul Futuh atau Hamdin Shabahi atau selain keduanya, bias dipastikan mereka akan LENGSER dalam makar-makar kudeta seperti melawan militer dan peristiwa Istana Ittihadiyah.”

Kini, saat muslim ambigu mengatakan, “Negara demokrasi sipil yang menjadikan Islam sebagai sumber referensi, adalah sama dengan Negara KAFIR yang menjadikan Islam sebagai referensi.” Moursi tengah sibuk menciptakan 150 ribu kesempatan kerja. Dalam enam bulan, Moursi telah melakukan:

1. Telah tercipta 20 ribu kesempatan kerja di bidang industri, dari total 150 ribu kesempatan kerja di Renstra tahun 2013.

2. Telah dikeluarkan 190 izin prinsip bagi pabrik-pabrik baru, yang akan membuka 20 rb lapangan kerja lainnya.

3. Telah dibangun 5 juta meter persegi di 8 Kawasan Industri dengan target, mendirikan 1000 pabrik baru yang akan menyerap 50 ribu kesempatan kerja.

Moursi bukan tukang sihir, yang segalanya bisa sim salabim. Bukan pula Tuhan, yang bisa KUN FAYAKUN. Ia hanyalah manusia yang memimpin rakyat yang juga manusia. Bahkan Presiden Obama saja, ketika kampanye Pilpres disebut Mantan Presiden AS BILL CLINTON, “Obama bukan tukang sihir yang bisa memperbaiki keadaan negara dalam 4 tahun. Oleh karena itu, saya mengajak warga AS untuk memilihnya pada periode 4 tahun kedua.”

Moursi dengan bijaknya, malah menyetujui amandemen konstitusi yang membatasi Presiden hanya 1 periode saja. Bahkan hingga kini, Moursi tidak mengambil gajinya dan masih menetap di flat yang ia sewa. Malah putranya, masih berstatus sebagai pekerja di Saudi Arabia.

Itulah jiwa-jiwa yang dilahirkan dari rahim tarbiyah Ikhwanul Muslimin. Kita hanya bisa berdoa, semoga Allah menjaganya.

=== Bandung, 5/1/2013: 6:00==-

Jumat, 04 Januari 2013

Jurnalistik Islami: ‘Ideologi’ Media Dakwah

Jurnalistik Islami adalah dapat dirumuskan sebagai suatu proses meliput, mengolah, dan menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai Islam, khususnya yang menyangkut agama dan umat Islam, serta berbagai pandangan dengan perspektif ajaran Islam kepada khalayak melalui media massa.

Dapat juga jurnalistik Islami dimaknai sebagai “proses pemberitaan atau pelaporan tentang berbagai hal yang sarat muatan dan sosialisasi nilai- nilai Islam”. Dengan demikian, jurnalistik Islami dapat dikatakan sebagai crusade journalism, yaitu jurnalisme yang memperjuangkan nilai-nilai tertentu, dalam hal ini nilai-nilai Islam.
Jurnalistik Islami pun bernafaskan jurnalisme profetik, suatu bentuk jurnalisme yang tidak hanya melaporkan berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur, serta aktual, tetapi juga memberikan interpretasi serta petunjuk ke arah perubahan, transformasi, berdasarkan cita-cita etik dan profetik Islam. Ia menjadi jurnalisme yang secara sadar dan bertanggungjawab memuat kandungan nila-nilai dan cita Islam (M. Syafi’i Anwar, 1989:166).

Jurnalistik Islami, dengan demikian, mengemban misi ‘amar ma’ruf nahyi munkar, sebagaimana firman Allah SWT,
“Dan hendaklah ada sebagian di antara kamu sekelompok orang yang senantiasa mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang makruf, dan mencegah yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Q.S. 3:104).

Jadi, jurnalistik Islami adalah upaya da’wah Islamiyah juga. Karena jurnalistik Islami bermisi ‘amar ma’ruf nahyi munkar, maka ciri khasnya adalah menyebarluaskan informasi tentang perintah dan larangan Allah SWT. Ia berpesan (memberikan message) dan berusaha keras untuk mempengaruhi komunikan (khalayak, massa) agar berperilaku sesuai dengan ajaran Islam.

PERANAN
Setidaknya ada lima peran media dakwah, baik di lingkungan kampus maupun nonkampus atau keduanya:

1. Sebagai Pendidik (Muaddib), yaitu melaksanakan fungsi edukasi yang Islami. Ia harus lebih menguasai ajaran Islam daru rata-rata khalayak pembaca. Lewat media massa, ia mendidik umat Islam agar melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Ia memikul tugas mulia untuk mencegah umat Islam dari berperilaku yang menyimpang dari syariat Islam, juga melindungi umat dari pengaruh buruk media massa non-Islami yang anti-Islam.

2. Sebagai Pelurus Informasi (Musaddid). Setidaknya ada tiga hal yang harus diluruskan oleh para jurnalis Muslim. Pertama, informasi tentang ajaran dan umat Islam. Kedua, informasi tentang karya-karya atau prestasi umat Islam. Ketiga, lebih dari itu jurnalis Muslim dituntut mampu menggali –melakukan investigative reporting– tentang kondisi umat Islam di berbagai penjuru dunia. Peran Musaddid terasa relevansi dan urgensinya mengingat informasi tentang Islam dan umatnya yang datang dari pers Barat biasanya biased (menyimpang, berat sebelah) dan distorsif, manipulatif, alias penuh rekayasa untuk memojokkan Islam yang tidak disukainya. Di sini, jurnalis Muslim dituntut berusaha mengikis fobi Islam (Islamophobia) yang merupakan produk propaganda pers Barat yang anti-Islam.

3. Sebagai Pembaharu (Mujaddid), yakni penyebar paham pembaharuan akan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam (reformisme Islam). Jurnalis Muslim hendaknya menjadi “jurubicara” para pembaharu, yang menyerukan umat Islam memegang teguh al-Quran dan as-Sunnah, memurnikan pemahaman tentang Islam dan pengamalannya (membersihkannya dari bid’ah, khurafat, tahayul, dan isme-isme asing non-Islami), dan menerapkannya dalam segala aspek kehidupan umat.

4. Sebagai Pemersatu (Muwahid), yaitu harus mampu menjadi jembatan yang mempersatukan umat Islam. Oleh karena itu, kode etik jurnalistik yang berupa impartiality (tidak memihak pada golongan tertentu dan menyajikan dua sisi dari setiap informasi [both side information] harus ditegakkan. Jurnalis Muslim harus membuang jauh-jauh sikap sektarian yang baik secara ideal maupun komersial tidaklah menguntungkan (Jalaluddin Rakhmat dalam Rusjdi Hamka & Rafiq, 1989).

5. Sebagai Pejuang (Mujahid), yaitu pejuang-pembela Islam. Melaui media massa, jurnalis Muslim berusaha keras membentuk pendapat umum yang mendorong penegakkan nilai-nilai Islam, menyemarakkan syiar Islam, mempromosikan citra Islam yang positif dan rahmatan lil’alamin, serta menanamkan ruhul jihad di kalangan umat. Wallahu a’lam.(www.romeltea.com).*

Bahan Telaah Lebih Dalam: ASM. Romli, Jurnalistik untuk Pemula Cet. VI (Rosda 2005); ASM. Romli, Jurnalistik Dakwah (Rosda 2004), dan Jurnalistk Terapan (Batic Press 2005).*

Jihad dalam Jurnalistik


 

Oleh : Ari Ariyandi Gunawan

Jihad dalam jurnalistik berarti mengerahkan seluruh kemampuan untuk menyebarkan pemberitaan maupun isi siaran yang Islami di media massa cetak maupun elektronik.

Jihad dalam jurnalistik dapat dilakukan dengan mendukung setiap upaya pergerakan politik Islam atau menyebarkan nilai-nilai Islam dalam setiap pemberitaan maupun isi siaran di media massa cetak maupun elektronik. Dan itu semua harus dilakukan dengan sangat sungguh-sungguh dan dengan tujuan yang tiada lain hanya untuk mencari keridhaan Allah, firman-Nya: “Orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat baik”. (QS al-Ankabut [29]: 69).

Pada umumnya, kegiatan jurnalistik juga menjadi bagian dari jihad tatkala dikerjakan dalam rangka menegakan amar ma’ruf nahi munkar. Karena dalam sebuah hadits disebutkan, Rasulullah saw bersabda: “Seutama-utama jihad adalah kata-kata benar di hadapan penguasa yang zhalim.” (HR. Abu Daud dan Bukhari).

Bahkan bekerja itu sendiri, bisa menjadi bagian dari jihad. Karena Rasulullah saw pernah melalui kelompok orang, para sahabat melihat ada seorang pemuda yang kuat dan giat dalam bekerja, mereka berkata: sekiranya hal tersebut dilakukan di jalan Allah? maka nabi saw bersabda: “Jangan kalian ungkapkan itu; karena jika ia keluar dan bekerja untuk anaknya yang masih kecil maka ia termasuk jihad di jalan Allah, jika ia keluar bekerja untuk dirinya sendiri sehingga menjadi iffah (memiliki harga diri untuk tidak menjadi peminta-minta) maka ia berada di jalan Allah, dan jika ia keluar untuk bekerja karena riya dan sombong maka ia berada di jalan syaitan”. (H.R.Thabrani)

Jurnalis Muslim yang melaksanakan jihad dalam bidang pekerjaannya, berarti berpegang teguh dengan akidah Islam, serta peduli terhadap urusan umat Islam. Allah berfirman:“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang maruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS At Taubah [9] : 71).

sumber : http://blogaryandi.wordpress.com/2009/12/11/jihad-dalam-jurnalistik/