Kamis, 03 November 2011

Suharna: Jaga Kredibilitas Aktivis Kampus


YOGYAKARTA — Mantan Menristek KIB-II (2009-2011) sekaligus Pendiri dan pembina Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) Suharna Surapranata mengajak aktivis kampus untuk membangun dan menjaga kredibilitasnya selaku ilmuwan muda. Dengan kredibilitas yang terjaga itulah maka para aktivis kampus dapat membangun karakternya sebagai agen perubahan atau agent of change.
‘’Mahasiswa adalah aset besar bangsa yang harus memiliki kredibilitas sehingga karakternya sebagai agen perubahan benar-benar mewarnai pembangunan bangsa,’’ ujar mantan Menristek era 2009-2011 ini saat memberi kuliah umum di depan ratusan peserta Forum Silaturahmi Nasional Lembaga Dakwah Kampus di Kampus UGM, Yogyakarta, Jum’at (28/10).
Lebih lanjut, Suharna mengungkapkan, untuk membangun kredibilitas itu, paling tidak harus memiliki integritas yang mengandung nilai-nilai moralitas, humanitas dan nasionalitas. ‘’Kaum muda seperti kalian harus punya moralitas yang kuat, kepedulian kepada sesama yang besar dan jiwa nasionalisme yang tinggi sebagai anak bangsa sehingga memahami berbagai persoalan bangsa dan jalan keluarnya,’’ jelas mantan peneliti BATAN ini.
Menurut Suharna, moralitas atau nilai-nilai spiritual akan memunculkan visi, nilai dan komitmen yang kuat bagi pencapaian prestasi tinggi. ‘’Hal itu akan menghasilkan kualitas kesabaran, daya tahan, ketekunan, konsisten, dan mampu menghadapi godaan jangka pendek serta sikap pantang menyerah. Moralitas juga mendorong sifat keterbukaan, kejujuran, anti-plagiat, dialogis, fleksibilitas, penghargaan atas prestasi dan pendapat orang lain,’’ paparnya.
Sementara, humanitas merujuk kepada kepedulian akan sesama atas dasar nilai-nilai kemanusiaan yang kuat. Sifat kedermawanan maupun empati terhadap orang  lain, mendorong mereka untuk memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat secara luas. Di sinilah lahir hubungan yang kuat antara mahasiswa selaku ilmuwan muda dengan masyarakat yang akan menjadi tempatnya berkiprah kelak.
Sedangkan, nasionalitas merujuk kepada pemahaman yang mendalam terhadap empat pilar utama kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat pilar utama tersebut adalah Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dengan memahami keempat pilar tersebut, semangat nasionalisme akan selalu mengiringi setiap aktivitas mahasiswa sebagai anak bangsa Indonesia.
Lebih lanjut Suharna menjelaskan, kredibilitas juga didukung oleh kapasitas dan kapabilitas para aktivis kampus sehingga tak hanya pandai dalam berorganisasi, namun juga memiliki kemampuan ilmiah yang baik pula. ‘’Tunjukkan bahwa aktivis kampus bukan mereka yang menjadi mahasiswa abadi, namun mereka yang melahirkan prestasi-prestasi akademis luar biasa.’’
Dari hal-hal tersebut, Suharna menyakini para aktivis kampus sudah memiliki daya penerimaan dari publik atau akseptabilitas atas berbagai kemampuan dan prestasi yang dimiliki. Di sinilah para aktivis kampus mulai didengar suaranya sehingga secara bertahap ia mampu menunjukkan kualitas diri sebagai agen perubahan.
Di kampus pula, menurut Suharna, para aktivis kampus mulai membangun profesionalitasnya. Proses tersebut juga dikembangkan setelah ada di masyarakat karena berjalan secara bertahap, mulai dari pematangan diri, pematangan kemampuan, pematangan peran dan kearifan filosofis. Pematangan diri meliputi kematangan dalam aspek teknis di bidangnya, kematangan dalam pilihan profesionalismenya sehingga menemukan jati diri dan dikenal di kalangan profesinya.
Sementara, pematangan kemampuan ditunjukkan dengan pemahaman filosofis atas bidang profesinya, pemahaman multi aspek pengembangan ilmunya, kemampuan lobby, dan lahirnya pemikiran-pemikiran yang mempengaruhi kebijakan nasional. ‘’Di kampus pula, para mahasiswa mulai mematangkan peran-perannya sehingga tak hanya dikenal dan berperan di tingkat nasional tapi juga dikenal di tingkat internasional. Pada akhirnya, kearifan filosofis menjadi bagian dari kehidupan aktivis kampus dalam kehidupan berikutnya lewat kekayaan pengalaman baik di tingkat nasional dan internasional, mampu menjadi rujukan, bahkan mengambil peran-peran secara internasional,’’ jelas Suharna.
Bila semua itu sudah terjalani, menurut Suharna, para aktivis kampus telah mewujud sebagai ilmuwan-ilmuwan muda yang kredibel. ‘’Mereka memiliki kredibilitas yang kuat sehingga mampu mengantarkan diri pada kesiapan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa di masa depan.’’
Kendati demikian, Suharna mengingatkan akan pentingnya memahami medan berat yang ada di era globalisasi seperti panggung global yang terus berubah, bumi yang menciut dan semakin terhubung, perkembangan teknologi yang semakin dinamis, modal perusahaan bukan lagi bersifat fiskal tetapi SDM dan pengetahuan, serta peran sentral universitas dalam pembangunan ekonomi dan industri.
Pemahaman akan semua hal tersebut akan menumbuhkan kearifan dan kejelasan visi dalam membangun bangsa. ‘’Jangan berpikir harus menjadi anggota dewan, menteri atau presiden, karena jumlahnya terbatas. Kalian harus mengambil peran apa pun yang mampu memperbaiki bangsa ini menjadi bangsa yang mandiri, maju dan sejahtera, Indonesia madani.’
 sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar