Setelah
berbicara banyak tentang empat pondasi dasar bangunan syiar (CADV) dan enam
pilar bangunan syiar (Syiar Multimedia, Humas Internal Kampus, Ta’lim/Kajian,
Litbang, Syiar TPB, Kepanitiaan), kini saatnya saya menutup pembahasan tentang
konstruksi bangunan syiar ini dengan membahas 5 penutup Bangunan Syiar Dakwah
Kampus. Berbicara tentang hal ini, maka saya akan memfokuskan pada pemahaman
manajemen sebagai paradigma berpikir dalam melakukan kegiatan syiar.
Layaknya
sebuah bangunan, atap berperan penting untuk menjaga benda-benda yang ada
dibangunan itu dari hujan dan panas. Disamping itu, atap juga berfungsi
melindungi pilar-pilar dan pondasi agar tidak rusak tergerus oleh perubahan
cuaca. Sama seperti manajemen. Manajemen juga berperan penting menjaga segala
kegiatan syiar agar tetap berjalan dengan baik dan melindungi pondasi dan pilar
bangunan syiar agar tetap berjalan secara professional dan terukur. Dengan
segala kekurangan yang ada di setiap LDK, manajemen menjadi kunci keberhasilan
kegiatan syiar di kampus tempat LDK itu berada. Apapun level LDK kampus Anda
(mula, madya, atau mandiri), tidak ada alasan membuat kegiatan syiar di kampus
Anda untuk menjadi tidak optimal, karena bagaimanapun juga fase syiar sangat
penting untuk dilakukan sebelum fase kaderisasi dimulai. Sekali lagi, disinilah
manajemen berperan.
Dalam
Romantika kehidupan manusia, ilmu manajemen tidaklah cukup hanya menjadi ilmu
pengetahuan saja, namun ilmu ini harus diaplikasikan didalam kehidupan manusia
sehari-hari untuk mengatur/managing manusia itu sendiri. Mulai dari
waktu, konsentrasi, bahkan stress pun harus di manajemen dengan rapi. Pun
demikan dengan sebuah organisasi LDK. Manajemen dalam organisasi digunakan
untuk mengatur banyak orang dalam suatu aturan, mengontrol kerja organisasi,
memberdayakan sumber daya yang terbatas untuk mempertahankan organisasi,
mengelola kegiatan termasuk juga kegiatan syiar. Peter F. Drucker, seorang
pakar manajemen dunia, didalam bukunya yang berjudul The Effective
Executive: The Definitive Guide to Getting the Right Things Done
mengatakan bahwa ada lima rambu penting yang harus dipahami untuk menjalani
manajemen. Kelima rambu ini adalah proses, logis dan sistematis, ada
pre-determined goals, memanfaatkan sumber daya yang ada, dan efektif dan
efisien. Untuk lebih jelasnya saya akan mengupas satu-persatu rambu manajemen
ini.
Proses
Setiap
perkembangan butuh yang namanya proses. Organisasi atau perusahaan besar yang
kini bisa kita saksikan merupakan hasil dari proses dari perkembangan
organisasi atau perusahaan itu melawan tantangan zaman. Benang merah yang mampu
kita ambil adalah tidak ada sesuatu yang besar sebelum dimulai dari sesuatu
yang kecil terlebih dahulu. Anda boleh saja memimpikan sebuah kegiatan syiar
yang mampu menyentuh objek dakwah dan mengakar di seluruh elemen kampus, namun
itu semua bergantung pada proses yang harus Anda alami sesuai level LDK Anda.
Ketika Anda baru merintis atau memulai LDK -level mula- maka Anda harus memulai
kegiatan syiar Anda pada level mula juga. Kegiatan syiar yang tidak mengikuti
proses, misalnya Anda ingin mengadakan acara yang besar dan membutuhkan dana
yang banyak sedangkan LDK Anda baru tumbuh, akan membuat para kader LDK Anda
kuwalahan. Semua itu terjadi karena perkara tersebut memang belum waktunya. Hal
yang sama harus dilakukan LDK pada level madya dan mandiri. Semua kegiatan
syiar harus dilakukan sesuai dengan prosesnya. Ketika LDK Anda telah naik
level, maka artinya kegiatan syiar Anda juga dapat dinaikkan pula tingkatannya.
Logis dan
Sistematis
Belum ada
sejarahnya sebuah organisasi atau perusahaan dapat menjadi besar dalam kurun
waktu yang sehari atau dua hari saja kecuali memang ada keajaiban. Semua proses
harus dijalani secara logis dan sistematis. Ketika kita ingin cerdas maka kita
harus belajar dengan bersungguh-sungguh. Memang itu logisnya. Kemudian kita
harus baca setiap bab secara berurutan karena antara bab yang satu dengan yang
lainnya saling berkaitan. Dan itulah sistematisnya. Begitulah tentang logis dan
sistematis.
Sebuah
proses bisa menghasilkan dua hasil : statis dan perubahan. Dan perubahan
sendiri punya dua makna : menjadi lebih baik dan menjadi lebih buruk. Perubahan
lebih baik hanya bisa terjadi kalau proses yang Anda lakukan itu logis dan
sistematis. Sama halnya dengan kegiatan syiar. Ketika Anda mengabaikan rambu
ini dalam melakukan kegiatan syiar maka kemungkinan besar acara Anda tidak akan
berhasil. Misalkan Anda ingin mengadakan kegiatan seminar tentang suatu tema
dan akan menghadirkan pembicara-pembicara ternama seperti penulis buku best
seller, menteri dan lain-lain. Namun Anda sadar bahwa waktu Anda tinggal dua
minggu dan belum melakukan persiapan apa-apa termasuk mengundang pembicara
ternama itu. Dengan berbekal semangat proses persiapan acara terus Anda lakukan
secara paksa. Kalau boleh memprediksi, saya pikir acara itu tidak akan efektif
dan efisien. Mengapa? karena ia telah gagal memegang kepercayaan objek kegiatan
untuk ikut kegiatan itu sehingga akhirnya muncullah kemalasan objek kegiatan
pergi mengikuti kegiatan itu karena pembicara yang dijanjikan tidak datang.
Itulah konsekuensi ketika Anda tidak melakukan sesuatu proses secara logis dan
sistematis.
Ada
Pre-Determined Goals
Saya sedih
ketika bertanya kepada kader LDK “Mengapa Anda lakukan acara kajian ini?” dan
mereka menjawab “ya, karena sudah ada dari tahun lalu dan sudah jadi budaya
untuk dilaksanakan di LDK ini”. Mengapa saya sedih? Adalah karena mereka telah
kehilangan yang namanya pre-determinde goals sebuah kegiatan. Hati-hati
terhadap suatu budaya melaksanakan suatu pekerjaan disebuah LDK. Sesuatu yang
telah membudaya biasanya akan membentuk sebuah belenggu pada kegiatan LDK.
Dan hal ini akan mematikan kreativitas dari para kader LDK.
Orang-orang
yang telah terbelenggu pada suatu budaya kegiatan LDK, biasanya akan takut/ragu
untuk keluar dari zona nyamannya untuk melaksanakan sebuah kegiatan baru.
Akibatnya kegiatan LDK itu hanya yang “itu-itu saja” tiap tahun dan tidak ada
perubahan. Padahal bisa jadi budaya kegiatan LDK tersebut sudah kuno dan tidak
layak lagi dipakai untuk menjawab tantangan zaman masa kini. Dan kalau hal itu
dibiarkan terus menerus, maka suatu saat organisasi LDK itu akan habis umurnya
karena tertindih oleh beban berat tantangan zaman. Seharusnya yang diacu adalah
tujuan awalnya, bukan budayanya. Acuan tujuan awal yang jelas akan
memunculkan kreativitas segar dipikiran mereka seraya memunculkan
pertanyaan kira-kira kegiatan apa yang harus mereka adakan sesuai dengan
tantangan zamannya tersebut. Hal yang berbeda akan terjadi ketika mereka hanya
terpaku pada budaya kegiatan. Maka tak salahlah Peter F. Drucker memposisikan
tujuan awal sebagai rambu penting dalam manajemen.
Memanfaatkan
Sumber Daya Yang Ada
Saya sering
mendapatkan pertanyaan “Bagaimana kalau LDK kami bermasalah dalam hal sumber
daya yang sedikit? Dana yang kecil? Ancaman dari rektorat?” begitulah kira-kira
keluhan mereka terhadap kekurangan sumber daya yang terjadi dikampus mereka.
Mereka terus saja berkutat pada kekurangan mereka namun mereka masih terbutakan
oleh peluang-peluang yang mungkin bisa mereka rebut.
Sebuah kata
dari Mahatma Ghandi tentang hal ini, “sumber daya di dunia ini cukup untuk
memenuhi kebutuhan manusia, namun tidak akan cukup untuk memenuhi keinginan
manusia”. Kebutuhan dan keiginan adalah hal yang sangat berbeda. Sebagai sebuah
LDK yang berpedoman pada manajemen, hendaklah mampu memanfaatkan sumber daya
yang ada untuk dapat mengoptimalkan kegiatan syiarnya. Karena Allah pasti telah
memberikan semua sumber daya yang dibutuhkan dan tidak akan memberikan cobaan
melampaui batas kemampuan sebuah LDK. Namun terkadang mungkin LDK sering
terjebak pada “keinginan-keinginan”nya. Mereka masih berpusing-pusing
memikirkan bagaimana mengatasi kondisi kekurangan SDM, dana, atau yang lainnya
sedangkan mereka tidak benar-benar mengoptimalkan sumber daya yang ada pada
mereka sekarang. Padahal bisa jadi ketika mereka mengoptimalkan sumber daya
mereka sekarang, dan bersabar menjalani proses kenaikan tingkatan LDK, maka apa
yang mereka pusingkan itu bisa menjadi sebuah kenyataan.
Efektif dan
Efisien
Sebuah
keinginan bersama bahwa kegiatan syiar yang kita lakukan bisa efektif dan
efisien. Efektif adalah solusi yang telah terseleksi dari beberapa solusi yang
telah berhasil tepat sasaran. Efisien adalah solusi yang telah terseleksi
kembali setelah berhasil menghasilkan keberhasilan dengan kehematan sumber daya
dan tenaga yang lebih besar. Artinya efisien hanya baru bisa dicapai setelah
keefektifan tercapai.
Kegiatan
syiar yang boros dana dan terlalu menguras tenaga subjek kegiatan/SDM adalah
contoh real bahwa kegiatan yang dilakukan itu tidak lagi efektif dan efisien.
Jika kita telah mendapatkan kegiatan seperti itu maka jangan dilakukan lagi
karena hanya membuang-buang waktu saja. Masih banyak cara syiar yang lain yang
dapat dilakukan untuk mencapai keefektifan. Namun perlu diingat suatu kegiatan
yang efektif dan efisien sangat terikat dengan waktu dan pada situasi dan
kondisi tertentu. Jadi kita harus selalu tanggap terhadap perubahan situasi dan
kondisi dunia kampus kita
http://ryanalfiannoor.wordpress.com/2009/02/24/5-penutup-bangunan-syiar-dakwah-kampus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar