Jumat, 02 Desember 2011

Mencari Dunia yang hilang di Empe Awee, bagian 1

(Catatan perjalanan  di education camp 4 LDK Fosma Unsyiah)
Oleh : Afriandi C,Sp



            Setelah melewati perjalanan 45 menit  dari Darussalam, tibalah kami dipesantren Empe Awee, Blang Bintang, Aceh Besar. Perjalanan tersebut sedikit diwarnai insiden kecil, dimana motor ana menabrak motor warga di Empe Awee tepatnya di depan komplek penggurus pesantren, tidak ada korban atau kerugian materil, maklum saja tabrakan tersebut menabrak knalpot motornya.

Usai kejadian tersebut, Akhi Budy dan Akhi  Zamzami tertawa melihat insiden tersebut, ada sedikit rasa kekesalan yang saya  tumpahkan mengenai pengendara motor tersebut yang lupa memberi tanda akan berbelok, namum perjalanan harus dilanjutkan menuju aula, disana para peserta education camp 4 (EC 4) sedang menyelesaikan agenda Focus Group Discussion yang merupakan kegiatan mereka di hari ketiga.

            Suara azan berkumdang, isyarat waktu Ashar telah tiba, usai meletakkan tas dan perlengkapan lainya bergegas kami menuju ke mesjid yang berada ditengah komplek pesantren, mesjid tersebut  berada di tempat paling tinggi sehingga kami harus berjalan menaiki pendakian sebuah bukit, mungkin dikarnakan topografi daerah tersebut yang berbukit-bukit, tiba di mesjid tersebut, kami di sunguhi pemandangan indah, deretan bukit menjulang tinggi berderet ke belakang,wah ingin rasanya segera bergerak kesana usai ashar, tapi sabar aja mungkin besok, hari terakhir EC 4 pada saat out-bondnya disana dari berbagai informasi yang kuperoleh  ternyata teman- teman dari Ldf Al-mudarris pernah membuat out-bond pas kegiatan FOSI.

            Usai shalat ashar kami kembali ke Aula, tapi disana masih sepi, sesekali para panitia merapikan peralatan yang ditinggal oleh peserta, ada beberapa panitia mulai menyimpan air kedalam botol aqua ukuran sedang, di ujung dekat pintu masuk ada sebuah dispenser namun kondisinnya kritis, Air di gallon hanya cukup untuk beberapa orang saja yang minum ,dibawah dispenser tergelatak beberapa galon kosong.Tumpukan piring kotor dan tempat nasi dan sayur masih tertinggal di meja, maklum saja aula yang di pakai juga merupakan dapur umum pesantren. Sangat disayangkan fasilitas di dalamnya kurang terawat terutama di bagian tempat cuci tangan yang kondisinya memprihatinkan. Tapi semangat kali Akh budi dan Akh zam melahap dengan nikmat nasi yang masih ada di aula.

Setelah menyelesaikan makan nasi, Akhi budi mengajak kami keluar, katanya sih mau survey tempat jurit malam, dari pada lama liat-liat aula uda kayak kapal pecah mendingan let’s go survey tempat sekalian liat pemandangan di kawasan sekitar pesantren, perjalanan di mulai mengintar jalani komplek pesantren yang mirip jalan lingkar kampus di Darussalam, keluarlah ide aneh untuk menyebut jalan di komplek tersebut jalan lingkar Pesantren Empe Awee, maklum saja jalan melingkar-lingkar bagai obat nyamuk, bagi yang belum pernah kesana bakalan tersesat. Jalur yang kami lewati lumayan menantang, agak kedalam di persimpangan jalan ada rute menuju makam dan rute jalan umum komlpek pesantren, tapi rute jalan umum tersebut di penuhi ilalang, keluar dari rute tersebut masuklah kami ke jalan berbatu yang merupakan jalan pintas di tengah komlek.

            Luar biasa, survey kecil tersebut sudah dapat gambaran mengenai serunya jurit malam nanti, tak lama Akh budi kontak pasukan yang masih di Darussalam untuk segera bergabung dengan panitia untuk menyukseskan agenda jurit malam, saat itu juga digelar rapat persiapan di salah satu ruang di sekretariat penggurus pesantren, disana barulah kami berjumpa kembali dengan ketua fosma  Akhi Rico dengan beberapa panitia EC 4 lainnya, ada akh Ikhwan, Akh Ujang dan Akh Andy FK. Tak lama datang ketua Fuat , Akh Budi FT dan Akh Mulya. Sambil menunggu panitia akhwat datang, kelompok panitia ikhwan dan trainer mulai diskusi tentang yang wisuda tadi pagi sampai masalah peradaban, “ Kalian jangan ngomong tentang peradaban, kalau kalian sendiri ngak tau apa itu peradaban , makanya ikut KAMMI dong biar tau“  promosi Akh zam dengan logat khas karawang. Sontak terajadi perang mulut, pro kontra mulai  bahas agenda EC dan lain-lain  maklum saja ngak mau kalah debatnya sama anggota dewan di senayan.

            Rombongan panitia akhwat pun tiba dan rapat di mulai, tampak yang hadir di rapat tersebut memberikan ide-ide terbaikanya untuk menyukseskan agenda jurit malam, pembagian titik pos dan materi pun menjadi alot, akhirnya diputuskan tiga titik pos, dimana titik 1/ pos1 berada disimpang tiga Aula, terus untuk titik dua/ pos 2 di tengah hutan ilalang dekat area makam dan titik tiga/ pos terakhir di halaman mesjid, dan untuk mengasah mental peserta disiapkan pos bayangan dipertigaan antara jalan menuju makam dan jalan menuju pos 2. Musibahnya saya dapat pos 2 dekat area makam. Materinya lumayan menantang sich mengenai 10 muwasafat kader

            (Mencari dunia yang hilang kita lanjutkan ke bagian ke dua, bersambung….)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar