Seluruh teori kesuksesan yang ditulis dan dikembangkan masyarakat modern bermuara pada satu kata, yaitu amal atau kerja. Kerja dan terus kerja tanpa kenal lelah. Never give up“Mereka Hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (Ar-Ruum: 7) (jangan pernah menyerah). Kemudian lahirlah penemuan-penemuan yang spektakuler. Penemuan listrik, atom, nuklir, pesawat terbang, telepon, mobil, dan lain-lain. Seluruh peradaban modern dibangun atas teori ini. Mereka sangat ahli tentang kehidupan dunia. Dan kesuksesan yang mereka kejar juga hanya kesuksesan di dunia.
Islam tidak pernah menafikan seluruh karya
positif manusia. Tetapi yang disayangkan adalah ketika mereka lalai dan tidak
beriman pada prinsip dan pedoman hidup Al-Qur’an, yang sengaja diturunkan Allah
untuk manusia. ‘Katakanlah:
“Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi
perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam
kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat
Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah
amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan)
mereka pada hari kiamat.” (Al-Kahfi: 103-15)
Islam memiliki teori dan konsep kesuksesan yang
lebih lengkap dan sempurna. Konsep amal shalih, bukan sekedar kerja, tetapi
kerja yang dilandasi keimanan, keikhlasan dan ilmu yang benar. Kerja yang
menembus batas-batas kebendaan duniawi, jauh menuju wilayah tanpa batas,
orientasi ukhrawi. Oleh karena itu Imam Syafi’i mengomentari kandungan surat
Al-Ashr, ” Kalau saja Allah hanya menurunkan surat ini, maka cukuplah (untuk
dijadikan pedoman bagi manusia).”
Bagi umat Islam yang ingin sukses di dunia dan
akhirat, maka mereka harus terus menerus beramal shalih. Apalagi jika diukur
dengan batas waktu atau umur yang disediakan Allah sangat terbatas. Sehingga
mereka harus memprioritaskan waktunya hanya untuk amal shalih saja. Bahkan amal
shalih itu sendiri ada tingkatan-tingkatannya. Dalam hukum Islam dikenal lima
macam hukum, yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Sehingga umat Islam
harus berupaya keras untuk selalu dalam ruang lingkup wajib dan sunnah saja,
minimal mubah, tetapi jangan berlebihan pada yang mubah. Dan ketika jatuh pada
batas makruh dan harus, disana masih ada kesempatan bagi umat Islam, yaitu
istighfar dan bertaubat. Jangan putus asa!
Dan puncak amal shalih adalah jihad, baik jihad
dakwah maupun jihad perang, maka berbahagialah orang-orang beriman yang masuk
wilayah ini. Inilah proyek amal islami yang harus menjadi konsens seluruh
gerakan Islam, ormas Islam dan lembaga-lembaga keislaman. Ada urutan amal
proyek amal islami. Dan amal adalah buah dari ilmu dan keikhlasan. Seperti yang
Allah swt. firmankan, “Dan
katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang
mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang Telah kamu kerjakan.” (At-Taubah: 105)
Maraatib Al-‘amal (Grand Desain Proyek Amal Islami)
Ada 7 langkah Grand Desain Proyek Amal Islami yang harus menjadi acuan
gerakan Islam, yaitu: Islaahun
nafs (reformasi diri), takwiin
baitil muslim (membentuk keluarga islami), irsyaadul mujtama
(penyadaran masyarakat), tahrirul
wathan (memerdekakan negeri), ishlahul hukumah (reformasi pemerintahan), i’aadah al-kiyaan ad-dauli
lillummah al-islamiyah (mengembalikan peran umat Islam dalam
percaturan internasional), dan ustaadiyatul
aalam (menjadi pemimpin dunia).
1. Ishlaahun nafs
sehingga menjadi qawiyyul
jism (kuat fisik), matiinul
khuluq (kokoh akhlaq), mutsaqqaful
fikr (cerdas wawasan), qaadiran
‘alal kasam (mampu berusaha), saliimul aqidah (bersih aqidah), shahihul ibadah
(benar ibadah), mujaahidan
linafsihi (bersungguh-sungguh), hariishan ‘alaa waqtihi (perhatian terhadap
waktu), munazhzhaman
fii syuunihi (tertib dalam urusan), dan naafi’an lighairihi (bermanfaat untuk orang
lain). Ini adalah kewajiban individu setiap anggota.
Sepuluh proyek perbaikan diri itu sangat lengkap untuk setiap individu
muslim dan dai muslim yang ingin terus meningkatkan kualitas dirinya. Karena
mencakup semua nilai yang sangat penting dan dibutuhkan untuk menuju sukses
dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Aqidah, ibadah, akhlak, pemikiran, fisik,
usaha, manajemen kegiatan, manajemen waktu, keseriusan, dan memberi orientasi
manfaat. Konsep ini lebih lengkap dari setiap konsep pengembangan diri yang
digagas dan dilakukan oleh pakar modern.
Segala konsep perbaikan harus dimulai dari diri sendiri, “Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung
bagi mereka selain Dia.” (Ar-Ra’du: 11). Dan motor perubahan dalam diri adalah hati, “Ingatlah bahwa dalam jasad itu
ada segumpal darah, jika baik maka seluruhnya baik, dan jika buruk, maka
seluruhnya buruk. Ingatlah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (Bukhari
dan Muslim)
2. Takwiin baitil muslim dengan cara
mengarahkan keluarganya agar menghormati fikrah, menjaga adab Islam dalam
kehidupan rumah tangga, baik dalam mencari istri dan melaksanakan hak dan
kewajibannya, baik dalam mendidik anak dan khadimah serta membentuk mereka
sesuai prinsip-prinsip Islam. Ini juga kewajiban setiap anggota.
Keluarga adalah lembaga yang sangat strategis dalam Islam, begitu strategisnya
sampai Al-Qur’an dan Sunnah, dua sumber ajaran Islam memberikan porsi
pembahasan tentang keluarga yang begitu besar. Surat-surat An-Nisaa’, An-Nuur,
Al-Ahzaab, At-Thalaq begitu sarat membahas detail-detail aturan keluarga dan
pola hubungan antara pria dan wanita. Begitu juga surat-surat dan ayat-ayat
lainnya tidak pernah lepas dari sentuhan terhadap aspek pembahasan keluarga.
Bahkan lebih dari itu, ada beberapa surat yang langsung menceritakan suatu
keluarga dan diabadikan sebagai nama surat, seperti surat Ali ‘Imran, Yusuf,
Ibrahim, Maryam, dan Luqman.
Begitu juga Sunnah Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam menerangkan lebih detail lagi tentang apa dan
bagaimana membangun keluarga. Sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan
tentang keluarga Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam, keluarga teladan yang harus dicontoh oleh setiap
muslim. Sunnah Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam membahas pola hubungan antara suami dan istri,
antara orang tua dan anak, antara keluarga dengan kerabat dan tetangga. Tidak salah
kalau Islam disebut dinul
usrah. Pembentukan keluarga
muslim menjadi proyek kedua amal islami yang harus diperioritaskan.
3. Irsyaadul Mujtama dengan menyebarkan
dakwah kebaikan kepada masyarakat, memerangi kehinaan dan kemungkaran,
mendorong kemuliaan, amar ma’ruf dan nahi mungkar, dan berlomba melaksanakan
kebaikan, mengarahkan opini umum agar berfihak pada fikrah Islam, dan
senantiasa mewarnai kehidupan umum. Ini adalah kewajiban anggota dan jamaah.
Berdakwah ke masyarakat memiliki dimensi yang sangat luas dan kompleks. Jika
kita melihat masyarakat Indonesia berarti harus memperhatikan keragaman budaya,
status sosial, pendidikan, bahasa, usia, dan lain-lain.
Ada 3 pertimbangan utama jika ingin sukses berdakwah di tengah masyarakat,
yaitu pertama: shidqul
ma’lumat (benarnya ilmu dan informasi yang disampaikan). Sampai
sekarang lembaga Islam dan tokoh-tokoh islam yang bergerak di bidang dakwah
masih banyak kesalahan dalam menyampaikan ilmu dan informasi, termasuk ilmu
yang sangat mendasar seperti salah dalam membaca dan menafsirkan Al-Qur’an,
salah dalam menukil hadits dan menerangkan derajat hadits. Banyak mubaligh dan
penceramah yang masih menyebarkan hadits-hadits dhaif bahkan palsu dalam
ceramahnya.
Lebih parah lagi, jika lembaga yang menamakan Islam itu adalah lembaga
dakwah yang menyimpang, baik dari aspek aqidah, ibadah, fikrah maupun manhaj.
Maka sejatinya, lembaga semacam ini, bukan menjadi lembaga dakwah Islam, tetapi
obyek dakwah dan irsyaadul
mujtama .
Kedua, tanasub
lissaami’ (materi dakwah yang disampaikan harus sesuai dengan
pendengar atau obyek dakwah). Oleh karenannya dalam berdakwah di tengah
masyarakat yang kompleks harus memperhatikan Fiqih Dakwah dan Fiqih Waqi.
Berdakwah dikalangan mahasiswa dan pelajar berbeda dengan berdakwah di kalangan
karyawan dan profesional, berdakwah di tengah masyarakat tradisional berbeda
dengan berdakwah di masyarakat modern.
Ketiga, al-usluub
al-jayyid (metodologi yang menarik). Di era modern ini sangat
memperhatikan kemasan, retorika, keindahan dan penampilan, sehingga bagi para
aktivis dakwah harus memperhatikan aspek ini agar dakwahnya tidak ditinggalkan
oleh orang. Dan Islam tidak menolak segala hal yang terkait dengan keindahan
dan penampilan yang menarik. Namun demikian Islam tetap sangat menitikberatkan
aspek keikhlasan dan nilai. Husnul
bidho’ah muqaddamun min husnid di’aayah (barang dagangan yang baik
lebih diutamakan dari promosi yang menarik).
4. Tahriirul wathan dengan
membersihkannya dari setiap kekuasaan asing-tidak islami- baik politik, ekonomi
maupun moral.
Inilah problem dunia Islam sekarang, kekuasaan asing begitu sangat dominan.
Di Indonesia misalnya, kekuasaan multinasional menjarah dan mengambil kekayaan
negeri kita dengan dalih telah melakukan kesepakatan secara legal formal.
Sementara pemerintah Indonesia begitu sangat lemah di mata asing, mereka tidak
memiliki dirinya sendiri dan tidak memiliki harga diri, padahal secara
mayoritas masyarakat telah mengamanahkan kepemimpinan kepada mereka.
Melihat realitas dominasi asing di negeri yang sangat besar dan kaya raya
ini maka bangsa Indonesia harus berjuang kembali untuk meraih harga dirinya
sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki kehormatan dimata asing.
5. Ishlaahul hukumah
sehingga benar-benar sesuai dengan nilai Islam, dengan demikian pemerintah akan
menjalankan fungsinya sebagai pelayan umat dan bekerja untuk kemaslahatannya.
Dan pemerintah Islam yaitu dimana anggotanya muslim menjalankan kewajiban Islam
tidak terbuka dalam bermaksiat dan menjalankan hukum Islam dan ajarannya.
Harakah Islam sekarang sudah masuk pada tahapan musyarakah (partisipasi) dalam pemerintahan.
Musyarakah
ini dilakukan harus dalam konteks ishlahuul
hukumah dan berpartisipasi dalam kebaikan dan ketakwaan bukan
ikut-ikutan mengambil kesempatan rusaknya pemerintah. Terutama dalam hal
pengelolaan harta umat, maka harokah Islam dan seluruh aktivisnya harus amanah
dan transparan.
6. I’aadah al-kiyaan ad-dauli lil ummah al-islamiyah dengan memerdekakan
tanah air, mengembalikan kejayaan, mendekatkan budaya dan menyatukan kalimatnya.
Semua itu dilakukan sehingga dapat mengembalikan sistem khilafah yang hilang
dan kesatuan yang diharapkan.
Khilafah Islam harus menjadi cita-cita bersama umat Islam dan semuanya harus
bersatu dalam mewujudkannya. Maka disinilah bertemu antara iradah rabbaniyah
dan ikhtiyar
basyariyah. Namun cita-cita khilafah Islam tidak berhenti hanya
pada tataran slogan dan retorika, tetapi khilafah Islam adalah sasaran akhir
dari seluruh tahapan perjuangan yang dilakukan harakah Islam.
7. Ustadziyaatul ‘aalam dengan menyebarkan
dakwah Islam keseluruh penjuru dunia, “Supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata
untuk Allah.” (Al-Anfaal: 39). “Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan
cahayanya.” (At-Taubah: 32)
Dan akhir dari seluruh masyruu’
islami adalah bahwa harokah Islam menjadi guru dunia. Manusia
tunduk dan patuh pada Islam, baik sukarela maupun terpaksa. “Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al-Maa-idah: 3).” Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah
dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah
ampun kepada-Nya. Sesungguhnya dia adalah Maha Penerima taubat.” (An-Nashr:
1-3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar