Jumat, 16 Maret 2012

Akhwat Bukan Puteri Keraton




'Jilbaber bukan puteri keraton'.
Pernyataan ini ku dapat di buku 'Biarkan Cinta Menyapa', karya Dadang Kriswanto.
Aku jadi teringat ketika suatu hari aku diajak kawan yang kuliah di fakultas pertanian unsyiah pergi ke ujung pancu, untuk survei tempat buat acara perekrutan ldk al ihsan. Kemudian jadilah aku pergi bersama mereka. Aku mengira yang pergi cuma ikhwannya aja,tapi kemudian kuperhatikan,kami selalu diikuti beberapa orang akhwat. Penasaran,aku menanyakan pada bang muaz. Bang muaz bilang mereka memang akhwat ldk al ihsan. Kami pergi kesana sekitar jam 12 dan kami shalat zuhur di masjid teuku umar. Selepas zuhur, kami langsung ke ujong pancu. Sekitar jam 1, kami mulai pendakian. Ikhwan yang pergi ada beberapa orang diantaranya yang ku ingat dan ku kenal adalah bang muaz, didi, habib, bang husin, dan 2 lagi yang aku tidak ingat namanya. Kami mulai mendaki tanpa berhenti dan akhwat2 yang mengikuti kami juga jalan terus tanpa minta berhenti! Bisa dibayangkan,mereka berjalan tanpa istirahat, tanpa cadangan air yang cukup, dengan jalan berlumpur,dan mendaki selama sekitar 15 menit, dan di lanjutkan dengan jalan menurun sekitar 25 menit, juga tanpa berhenti! Hebat! Yang lebih luar biasanya lagi, adalah ketika pulang, kami harus terburu2 karena hari agak mendung dan shalat asar juga sudah tiba. Kami jalan cepat2 dan mau tidak mau, mereka -akhwatnya- juga harus jalan cepat. Dan yang paling luar biasa adalah komentar mereka tentang tempat itu: mantap, tempatnya sesuai!
Hal yang jauh berbeda ketika ldk al mudarris buat perekrutan di tempat yang sama adalah komentar akhwat2 nya: cukup kali ini aja kita buat acara disini..
Aku juga cukup dekat dengan yusuf, salah seorang ikhwan pertanian. Dari dia mengalirlah cerita tentang akhwat2 pertanian yang luar biasa militan. Bukan hal yang asing katanya, bila dalam suatu kegiatan, akhwat2 nya angkat2 meja, kursi, whiteboard, kotak2 berisi buku, dll. Alasannya mungkin sederhana: yang bakalan dapat imbalan kebaikannya kan aku, bukan dia, jadi selama aku masih bisa kerjain, ya, aku akan kerjakan. Dan juga tentunya karena jumlah ikhwan yang memang sedikit..
Itu hanya satu dua kisah tentang akhwat2 perkasa.
Di tempat lain, aku mendengar ada akhwat yang ke sawah dan tetap setia dengan pakaian taqwanya, tetap pake manset dan kaos kaki!
Kemudian aku juga perhatikan akhwat2 yang tinggal di dekat rumahku. Kos ku sekitar 15 menit jalan cepat dari kampus unsyiah dan iain, dan tiap hari mereka jalan kaki ke kampus, hanya untuk menuntut ilmu!
Aku juga pernah mendengar cerita seseorang, bagaimana seorang akhwat menghadiri rapat jam 7 pagi saat hujan lebat, dan dia jalan kaki dari sektor timur unsyiah ke kantor pemerintahan mahasiswa lama jalan putro phang. Hebatnya, dia datang sebelum jam 7, saat hujan masi turun dengan lebat!
Kakak2 di ldk al mudaris juga pernah bercerita, tentang bagaimana mereka pergi bolak balik dari rku ke musala al mudaris di jalan inong balee, cuma untuk lihat pengumuman apakah ada rapat hari ini! Saat itu belum ada ponsel, dan ikhwah yang punya kendaraan juga sangat jarang. So, mereka jalan kaki di tengah panas2 cuma untuk mastikan apakah hari itu ada rapat apa tidak! Subhanallah...
Mungkin kita hari ini terlalu manja,ya. Manja dengan segala fasilitas yang ada. Aku yakin 99 % ikhwah punya ponsel dan banyak juga yang punya kendaraan. Labi-labi juga udah ada sejak jam 6 pagi, damri sejak jam 7 pagi, tapi untuk buat rapat jam 8 aja kita sering telat...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar