Oleh :
Afriandi Ibnu Rasyid *
Ikhwafillah, beberapa waktu yang
lalu di semua media, baik cetak, elektronik bahkan online memberitakan fakta
terbalik tentang kondisi FPI (Front Pembela Islam) dimana dikabarkan FPI
berbuat anarkis di Kalimantan, kemudian disusul aksi pembubaran FPI oleh JIL
(Jaringan Iblis Liberal bukan Jaringan Ikhwan Lebay), tak tanggung pemerintah
kita bahkan orang no 1 di republik ini juga latah ikut-ikutan menyudutkan FPI
sebagai ormas anarkis. Padahal fakta sebernarnya yang disajikan oleh media
islam, mereka di serang dalam rangkain aksi percobaan pembunuhan di bandara,
pihak keamanan setempat diam seribu bahasa, inilah sebuah gamabaran singkat
perang pemikiran (ghazwul fikri) antara aliansi media sekuler versus media
islam.
Disamping itu, gerakan pembubaran FPI disambut
dengan gerakan pembubaran JIL, bahkan ada seorang ustad melalui jejaring
sosialnya menghimbau untuk membela FPI, yang merupakan organisasi islam yang
bergerak secara nyata dalam menumpas maksiat dan menegakkan syariat.
Kampus
Unsyiah jantong hatee rakyat aceh juga mengalami hal serupa, ketika bentrokkan
antar sesama mahasiswa yang terjadi didepan gelanggang unsyiah tahun 2009, LDK
yang merupakan garda terdepan menegakkan izzah islam di unsyiah, LDK mendapat
fitnah melalui media sebagai biang kericuhan saat itu, bahkan di salah satu
surat kabar terbitan nasional dan local menampangkan foto aktivis ldk yang
tengah menyerang kelompok yang konon kabarnya sebagai barisan yang tidak
sefaham dengan sidang umum pemira unsyiah. Padahal jika diperhatikan seksama
foto yang kini sudah mudah dicari sama mbah google , jelas kondisinya sedang
bertahan bukan menyerang, disitu teman-teman dapat menganalisa secara awam
(ngak perlu dektetif conan) ada seorang perwira polisi yang posisi berada di
barisan LDK melindungi kepalanya dari lemparan batu dari pihak seberang, jelas
siapa menyerang dan diserang.
Mungkin
kelebihan rival kita dalam menguasai fotografi menghasilkan dokumentasi yang
menjadi sasaran empuk pihak media, bahakan ketika saya membuka jejaring sosial
pada malam harinya, tulisan-tulisan yang menyudutkan disertai status yang
membuat hati kita semakin terbakar, namun sangat disayangkan lemahnya counter
attack dari barisan media dakwah kampus membuat
mahasiswa unsyiah yang masih awam termakan berita fitnah tersebut.
Media
dakwah bangkitlah.
Jika kita berkaca pada dua contoh
kasus tersebut, baik skala nasional dan tataran kampus unsyiah, sudah saatnya
kita melakukan reformasi besar-besaran dengan mempersiapkan semuanya dengan
konsep matang baik dari sumber daya manusia, pendaanan yang lancar, soft skill
yang terus diasah baik melalui tulisan dan diskusi. Faktor kelemahan media
dakwah kampus hari ini masih kurangnya budaya membaca dan menulis dikalangan
aktivis dakwah, padahal ketika ingin membina (bukan lagi dibina) harus memiliki
pengetahuan dan wawasan luas serta pandangan jauh kedepan.
Sebuah pepatah mengatakan “Membangun
itu mudah dari pada merawatnya”, betapa banyak media cetak yang diterbitkan
oleh lembaga dakwah baik tingkatan universitas maupun fakultas yang kini hilang
ditelan zaman, ketika ana masih bergelut dengan dunia media (BSO MEDIA FOSMA)
saat itu bermunculan bulletin bak cendawan di musim hujan seperti Fosma dengan
bulletin SHIBGHAH, Ldk Alihsan FP menerbitkan BULAN (Buletin Alihsan), Ldf
Annahl FKH tampil dengan SIMAKH (Syiar Mujahid FKH) , Ldf Al-mizan FE
menghadirkan SAHAM dan masih banyak
bulletin yang diterbitkan oleh Ldf lainya yang tidak kita sebut satu persatu disini
karna ketebatasan penulis.
Membangkitkan media tersbut tidak
cukup hanya sekedar kata-kata manis di mulut, harus ada bukti nyata dilapangan,
ada beberapa konsep yang ana tawarkan Cuma empat doang sih, kalau ente mau
nambah silahkan atuh akhi n ukhti, yang (pertama)
menentukan orang-orang yang berkecimpung di dunia jurnalistik dengan fokus pada
isu keumatan dan dakwah islamiyah , yang (kedua)
mengadakan pembekalan rutin bukan pelatihan , artinya jika kita membuat
pelatihan efeknya hanya bertahan dalam jangka pendek namun sebaliknya jika
mengadakan pembekalan rutin efek yang didapat dalam jangka panjang sekaligus
membuat mereka bisa bekerja dalam satu tim yang kuat.
(ketiga)
adanya pendanaan mandiri dan mendapat support luas baik kalangan kader, alumni,
civitas akademika dan pihak swasta yang bisa diperoleh melalui iuran dan proposal
ataupun kerjasama timbale balik antar pihak, dan (keempat) membuat jaringan informasi berita ldf, tujuan sederhana
untuk bisa saling tukar informasi seputar dakwah fakultas dengan fakultas lain
sekaligus ajang promosi gratis kegiatan yang akan dibuat di fakultas
masing-masing.
Semoga catatan kecil ini bisa
mengugah teman-teman untuk mengambil bagian pada barisan media dakwah, mari
wujudkan mimpi kita menuju islamisasi kampus.
* penulis merupakan mantan ketua departemen
syiar ldk al-ihsan 2009/2010.