Jumat, 17 Februari 2012

Mencari Dunia yang hilang di Empe Awee, bagian ke-5

(Catatan perjalanan  di education camp 4 LDK Fosma Unsyiah)
Oleh : Afriandi C,Sp


            Azan subuh berkumandang, cepat sekali waktu berlalu, padahal baru lima menit memejamkan mata sambil merebahkan badan ke lantai, tapi saya mencoba melawan kantuk yang hebat tersebut, dengan mata tinggal 5 waatt lagi dan tubuh yang semponyongan meluncur ke kamar mandi sebelah sambil mencuci muka.
            Cipratan air mengembalikan semangat untuk segera bergabung dengan jamaah subuh yang sudah menanti di mesjid komplek pesantren, bergegas menghidupkan motor dan bergerak bersama dengan ikhwah yang lainnya.
            Brrr… dinginnya air yang mengucur dari kran wudhu diselinggi angin semilir dari arah pengunungan Empe Awee menusuk hingga ke tulang, ku abaikan itu semua, yang penting segera melaksanakan subuh berjamaah. Usai salat di lanjutkan dengan pembacaan al-matsurat bersama antara peserta dan panitia.
           
***
            Waktu menunjukkan pukul 06.30, beberapa panitia dan trainer kembali berkumpul di Aula membicarakan persiapan out bond, suasana rapat memang tidak seperti tadi malam yang begitu alot dan sengit, semua peserta forum tampak sudah sepakat mengenai agenda out-bond.
            Panitia dan trainer langsung mengecek kondisi lapangan, aneh padahal sudah jauh hari disurvey namun masih juga belum jelas dimana titik pos kegiatan out-bond dan games nya. Mengandalkan Akhi Ujang sebagai pemandu jalan namun terasa agak aneh, maklum saja beliau mengandalkan ingatannya untuk menunjuk jalan masuk ke tempat out bond yang 2 tahun lalu bersama Ldf Al-mudariss saat membuat agenda FOSI, sontak beberapa kali menemui jalan buntu. Kondisi tersebut diambil alih ukhti Ratna.
            Penyisiran menuju TKP (Tempat Kegiatan Permaianan) maksa banget….mengalami hadangan adanya pagar kawat berduri, padahal dulunya ngak da tu, nanti dari sini kita lewati bukit kecil ini bisa tembus ke sungai kecil di sebrang sana, ujar Akhi Ujang kepada kami.  Perjalanan ini tetap dilanjutkan menyusuri jalan yang lain, rombongan akhwat masih berjalan pelan dibelakang, Saya pun tak hentinya menekan tuts toa member isyarat kalau rombongan ikhwan sudah berjalan cepat kedepan.
            Kondisi jalan berlumpur megiringi langkah kami dengan hati-hati menuju titik lokasi yang direncanakan oleh panitia, perjalanan yang luar biasa pagi itu, disana kami menjumpai aliran sungai kecil, terbayang dalam benakku, rileks sejenak melepaskan sandal belumpur sambil menikmati air sungai, tapi niatku urung , tatkala akh ujang berteriak dengan keras kepada rombongan ikhwan disitu banyak lintah, Wow semua pada lompat-lompat diatas batu menuju sebrang.
            Sesampainya disebrang tantangan baru dengan jalan menanjak, tapi syukurlah diatas sudah menanti pemandangan padang rumput yang membentang hijau, deretan bukit seulawah menyatu dengan perbukitan empee awe, di kaki gunung barisan pohon pinus berbaris indah, panorama indah di pagi hari, tak lama kemudian sampaijuga rombongan akhwat dibelakang, segera akh ujang mempresntasikan temapat ini kepada trainer.

“ Disana dekat pohon kuda-kuda bisa kita buat pos seakligus tempat shalat, di ujung dekat puncak bukit bisa di buat game, dan lainnya bisa dimamfaatkan untuk game lainnya. Ujar akh ujang.

            Lama berdiskusi , tapi dari bahasa rombongan akhwat sudah dapat saya tebak , kayaknya ngak cocok dech dengan lokasinya yang teralu jauh dan terbuka , ngak ada pohon pelindung melindungi mereka dari matahari, hohoho, ini alam bukan taman tau... gerutu saya dalam hati , tapi apapun itu keputusan jamaah jauh lebih baik dari keputusan pribadi, hmm okelah kalau begitu, saatnya kembali ke titik awal perjalanan survey.
***
(bersambung kebagian 6)

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar