Didalam islam hanya
ada 2 hari raya besar untuk dirayakan, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri,
sedangkan Maulid Nabi, Isro’ mi’roj, tahun baru Islam, maupun nuzulul Quran
bukan merupakan hari raya, tetapi merupakan hari-hari bersejarah dalam Islam.
Perbedaan hari besar dan hari bersejarah dapat dilihat dari landasan
hukumnya. Hari besar disyariatkan untuk dirayakan, ada
landasan hukum untuk merayakan, ada contoh, dan ada tuntutan untuk
merayakannya. Sedangkan hari bersejarah diadakan untuk diperingati,
tidak ada dasar hukumnya, tidak ditentukan khafiatnya/cara-caranya, dan
tujuannya tidak untuk dirayakan tetapi untuk diperingati. Peringatan maulud
nabi bagi segolongan orang ada yang beranggapan bid’ah karena menilai
peringatan ini sebagai sebuah ibadah. Tetapi, yang perlu ditekankan disini, peringatan
maulud nabi bukan merupakan ibadah tetapi kesadaran sejarah!
Sesungguhnya
peringatan itu sangat bermanfaat bagi orang-orang berimanan, karena salah satu
tanda orang yang beriman adalah yang bisa mengambil pelajaran dari
“peringatan”.
Fungsi dari
Makrifattul Rasul antara lain mengingat kapan beliau dilahirkan, untuk apa
beliau dilahirkan, bagaimana sikap kita menyambut kelahiran beliau, dan
mengetahui peristiwa yang dialami beliau menyambut kelahiran atau saat beliau
dilahirkan.
Dari segi waktu
beliau lahir 12 Rabiul Awal Tahun Gajah. 1486 tahun yang lalu, pada zaman
jahilliyah. Perbedaan antara waktu dan zaman. Waktu merupakan peristiwa yang
terjadi tidak dapat diulang lagi, sedangkan zaman merupakan peristiwa
yang kemungkinan bisa terjadi kembali. Mengingat waktu itu tidak ada pengaruhnya
karena tahun itu tidak akan berulang kembali! ULANG TAHUN itu tidak
mungkin terjadi karena tahun tidak akan mungkin kembali lagi berulang. Yang
bermanfaat adalah mengingat Zamannya, suatu fenomena yang akan berulang.
Zaman itu seperti tanaman, muncul tunas, tumbuh, tumbang, dan akan tumbuh lagi.
Pada zaman Rosululloh
ada sahabat abudan yang menghina sahabatnya yang berkulit hitam, kemudian
Rosulullah menegurnya seraya berkata kepadanya, “kamu masih memiliki sifat
jahilliyah”. Itulah pentingnya mengingat fenomena masa lalu yaitu sebagai
cerminan fenomena-fenomena pada masa sekarang.
4 fenomena jahiliyah :
- “….mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah….”(QS. Al-Imron: 154) . Pada zaman jahiliyah masih percaya kepada Allah, tetapi hanya tauhid rubbubiyah saja. Berperasangka buruk kepda Allah. Percaya kepada Allah tetapi tidak menaruh kepercayaan kepada Allah. Mereka men-Dia-kan Allah tetapi tidak meng-Engkau-kan Allah. Allah tidak lagi dijadikan pemandu dalam kehidupan.
2. “ketika didalam
hati orang-orang kafir itu terdapat kesombongan orang-orang jahiliyah…” (QS.Al-fath
:26). Sombong itu menolak kebenaran dan men-dinkan manusia. Islam
ditolak pada zaman itu, kebenaran ditolak, kesombongan merajalela. Menghina manusia
karena status sosial, tingkat kepandaian, kedudukannya,dll. Puncak
kejahilliyahan adalah ketika manusia menyembah patung! Ketika manusia sudah
bodoh menyembah ciptaannya sendiri! Seperti fenomena sekarang ini manusia
didekte oleh teknologi bukan mendekte teknologi! “Menyembah” teknologi!
Orang kalau didepan teknologi sudah seperti “khusyuk”. Didepan TV, internet,
HP, laptop, PS,dll. Jahiliah zaman sekarang adalah ketika manusia tidak
berdaya oleh teknologi.
3. Jahiliyah oleh
fenomena kaum wanita. “…Maka, janganlah kamu tunduk (melemah-lembutkan
suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit hatinya,
dan ucapkanlah perkataan baik.Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah
kamu berhias dan (bertingkahlaku) seperti orang-orang jahiliyah jaman dulu…”
(QS.Al-Ahzab: 32-33). Wanita jahiliyah tampil sebagai “objek” bukan
“subjek”. Wanita jahiliyah itu tidak kerasan dirumah. Rumah kehilangan
dua pilarnya, yaitu istri dan ibu. Rumah kalah dengan kantor, parlemen,dll.
Laki-laki zaman jahiliyah kebingungan antara wanita yang statusnya sebagai
istri tetapi tidak “berfungsi”(*red:permain suri) dan wanita yang statusnya
tidak istri tapi “berfungsi”(*red:selir).
Wanita jahiliyah tidak
bangga menjadi ibu yang sempurna! Wanita jahiliyah hanya mau menjadi ibu
kandung, tapi tidak mau menjadi ibu “susu”, dan ibu “guru”. Jangan salahkan
jika terjadi proses “sapilisasi” anak! Ada kemungkinan anak akan jadi
“sapi” karena ibu kandungnya tidak mau jadi ibu “susu” dan jangan heran jika
sekarang ini sering kita jumpai seorang anak yang diperintahkan orang tua bukan
lagi menjawab, “nggeh” atau “rumiyen”, tetapi justru menjawab,
“moooooh” (*menirukan sapi). Jangan salahkan kalau anak lebih mengenal bahasa
“sapi” daripada bahasa “ibu”!
Wanita jahiliyah tidak
mau menjadi ibu “guru”. Menurut kebanyakan orang, masa-masa paling indah
menjadi seorang wanita adalah saat mengandung sampai anak lulus SD. Anak butuh
ibu “guru” yang mendidik sebelum disekolahkan. Butuh bahasa “ibu” bukan bahasa
“babu”! Anak butuh ibu yang cerdas dan kreatif. tak terpatok mengajarkan
akan nyanyikan lagu,”pok ame-ame belalang kupu-kupu, siang makan malam minum
susu”, tapi juga inovatif berkreasi, misalnya,”pok ame-ame belalang
kupu-kupu, sekarang jadi santi besok jadi guru” atau “pok ame-ame
belalang kupu-kupu, sekarang ikut kampanye, besok ikut pemilu”, dan masih
banyak lagi yang bisa kita lakukan untuk bisa memberikan pendidikan terbaik
untuk anak-anak kita kelak. “jangan bangga menjadi sarjana, jika kau tak
berhasil mendidik anakmu menjadi sarjana, atau melebihimu dari sarjana!”
4. “Apakah hukum
jahiliyah yang mereka kehendaki? (hukum) siapakah yang lebih baik daripada
(hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?”(QS.Al-Maidah:50).
Manusia merupakan produk Allah yang super canggih. “Teknologi”super canggih ini
dilengkapi buku petunjuk dan teknisi yang super duper canggih! Buku petunjuk
berupa Al-Quran, dan teknisi SUPER itu Baginda Rosulullah S.A.W. Dua petunjuk
hebat ini akan menjadi dasar hukum, pedoman, dan panduan manusia sehingga dapat
menjadi “Rahmattan lilallamin”.
Mencoba memperingati
kelahiran baginda Rasulloh bukan lagi sebagai testomial semata, tetapi juga
untuk meninggalkan jahiliyah menuju hidayah!
Wallahua’lam bishowab.
("oleh-oleh" : Kajian Rutin Pagi Hari Masjid
Mardliyyah UGM
dan kajian Humaira Masjid Nurul Ashri, Deresan.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar