Selasa, 07 Februari 2012

“Peringatan” Maulid Nabi



Didalam islam hanya ada 2 hari raya besar untuk dirayakan, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri, sedangkan Maulid Nabi, Isro’ mi’roj, tahun baru Islam, maupun nuzulul Quran bukan merupakan hari raya, tetapi merupakan hari-hari bersejarah dalam Islam. Perbedaan hari besar dan hari bersejarah dapat dilihat dari landasan hukumnya.  Hari besar  disyariatkan untuk dirayakan, ada landasan hukum untuk merayakan, ada contoh, dan ada tuntutan untuk merayakannya. Sedangkan hari bersejarah diadakan untuk diperingati, tidak ada dasar hukumnya, tidak ditentukan khafiatnya/cara-caranya, dan tujuannya tidak untuk dirayakan tetapi untuk diperingati. Peringatan maulud nabi bagi segolongan orang ada yang beranggapan bid’ah karena menilai peringatan ini sebagai sebuah ibadah. Tetapi, yang perlu ditekankan disini, peringatan maulud nabi bukan merupakan ibadah tetapi kesadaran sejarah!

Sesungguhnya peringatan itu sangat bermanfaat bagi orang-orang berimanan, karena salah satu tanda orang yang beriman adalah yang bisa mengambil pelajaran dari “peringatan”.
Fungsi dari  Makrifattul Rasul antara lain mengingat kapan beliau dilahirkan, untuk apa beliau dilahirkan, bagaimana sikap kita menyambut kelahiran beliau, dan mengetahui peristiwa yang dialami beliau menyambut kelahiran atau saat beliau dilahirkan.

Dari segi waktu beliau lahir 12 Rabiul Awal Tahun Gajah. 1486 tahun yang lalu, pada zaman jahilliyah. Perbedaan antara waktu dan zaman. Waktu merupakan peristiwa yang terjadi tidak dapat diulang lagi, sedangkan  zaman merupakan peristiwa yang kemungkinan bisa terjadi kembali. Mengingat waktu itu tidak ada pengaruhnya karena tahun itu tidak akan berulang kembali! ULANG TAHUN itu tidak mungkin terjadi karena tahun tidak akan mungkin kembali lagi berulang. Yang bermanfaat adalah mengingat Zamannya, suatu fenomena yang akan berulang. Zaman itu seperti tanaman, muncul tunas, tumbuh, tumbang, dan akan tumbuh lagi.

Pada zaman Rosululloh ada sahabat abudan yang menghina sahabatnya yang berkulit hitam, kemudian Rosulullah menegurnya seraya berkata kepadanya, “kamu masih memiliki sifat jahilliyah”. Itulah pentingnya mengingat fenomena masa lalu yaitu sebagai cerminan fenomena-fenomena pada masa sekarang.


4 fenomena jahiliyah :
  1. “….mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah….”(QS. Al-Imron: 154) . Pada zaman jahiliyah masih percaya kepada Allah, tetapi hanya tauhid rubbubiyah saja. Berperasangka buruk kepda Allah. Percaya kepada Allah tetapi tidak menaruh kepercayaan kepada Allah. Mereka men-Dia-kan Allah tetapi tidak meng-Engkau-kan Allah. Allah tidak lagi dijadikan pemandu dalam kehidupan.


2.    ketika didalam hati orang-orang kafir itu terdapat kesombongan orang-orang jahiliyah…” (QS.Al-fath :26).  Sombong itu menolak kebenaran dan men-dinkan manusia. Islam ditolak pada zaman itu, kebenaran ditolak, kesombongan merajalela. Menghina manusia karena status sosial, tingkat kepandaian, kedudukannya,dll. Puncak kejahilliyahan adalah ketika manusia menyembah patung! Ketika manusia sudah bodoh menyembah ciptaannya sendiri! Seperti fenomena sekarang ini manusia didekte oleh teknologi bukan mendekte teknologi! “Menyembah” teknologi! Orang kalau didepan teknologi sudah seperti “khusyuk”. Didepan TV, internet, HP, laptop, PS,dll. Jahiliah zaman sekarang adalah ketika manusia tidak berdaya oleh teknologi.

 3.  Jahiliyah oleh fenomena kaum wanita. “…Maka, janganlah kamu tunduk (melemah-lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit hatinya, dan ucapkanlah perkataan baik.Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkahlaku) seperti orang-orang jahiliyah jaman dulu…” (QS.Al-Ahzab: 32-33).  Wanita jahiliyah tampil sebagai “objek” bukan “subjek”. Wanita jahiliyah itu tidak kerasan dirumah. Rumah kehilangan dua pilarnya, yaitu istri dan ibu. Rumah kalah dengan kantor, parlemen,dll. Laki-laki zaman jahiliyah kebingungan antara wanita yang statusnya sebagai istri tetapi tidak “berfungsi”(*red:permain suri) dan wanita yang statusnya tidak  istri  tapi “berfungsi”(*red:selir).
Wanita jahiliyah tidak bangga menjadi ibu yang sempurna! Wanita jahiliyah hanya mau menjadi ibu kandung, tapi tidak mau menjadi ibu “susu”, dan ibu “guru”. Jangan salahkan jika terjadi proses “sapilisasi” anak! Ada kemungkinan anak akan jadi “sapi” karena ibu kandungnya tidak mau jadi ibu “susu” dan jangan heran jika sekarang ini sering kita jumpai seorang anak yang diperintahkan orang tua bukan lagi menjawab, “nggeh” atau “rumiyen”, tetapi justru menjawab, “moooooh” (*menirukan sapi). Jangan salahkan kalau anak lebih mengenal bahasa “sapi” daripada bahasa “ibu”!

Wanita jahiliyah tidak mau menjadi ibu “guru”. Menurut kebanyakan orang, masa-masa paling  indah menjadi seorang wanita adalah saat mengandung sampai anak lulus SD. Anak butuh ibu “guru” yang mendidik sebelum disekolahkan. Butuh bahasa “ibu” bukan bahasa “babu”! Anak butuh ibu yang cerdas dan kreatif. tak terpatok mengajarkan akan nyanyikan lagu,”pok ame-ame belalang kupu-kupu, siang makan malam minum susu”, tapi juga inovatif berkreasi, misalnya,”pok ame-ame belalang kupu-kupu, sekarang jadi santi besok jadi guru” atau “pok ame-ame belalang kupu-kupu, sekarang ikut kampanye, besok ikut pemilu”, dan masih banyak lagi yang bisa kita lakukan untuk bisa memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak kita kelak. “jangan bangga menjadi sarjana, jika kau tak berhasil mendidik anakmu menjadi sarjana, atau melebihimu dari sarjana!”

4.Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?”(QS.Al-Maidah:50). Manusia merupakan produk Allah yang super canggih. “Teknologi”super canggih ini dilengkapi buku petunjuk dan teknisi yang super duper canggih! Buku petunjuk berupa Al-Quran, dan teknisi SUPER itu Baginda Rosulullah S.A.W. Dua petunjuk hebat ini akan menjadi dasar hukum, pedoman, dan panduan manusia sehingga dapat menjadi “Rahmattan lilallamin”.

Mencoba memperingati kelahiran baginda Rasulloh bukan lagi sebagai testomial semata, tetapi juga untuk meninggalkan jahiliyah menuju hidayah!

Wallahua’lam bishowab.



("oleh-oleh" : Kajian Rutin Pagi Hari Masjid Mardliyyah UGM
dan  kajian Humaira Masjid Nurul Ashri, Deresan.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar