Kamis, 23 Februari 2012

Menuju Kebangkitan Media Dakwah di Kampus Unsyiah.



Oleh : Afriandi Ibnu Rasyid *


            Ikhwafillah, beberapa waktu yang lalu di semua media, baik cetak, elektronik bahkan online memberitakan fakta terbalik tentang kondisi FPI (Front Pembela Islam) dimana dikabarkan FPI berbuat anarkis di Kalimantan, kemudian disusul aksi pembubaran FPI oleh JIL (Jaringan Iblis Liberal bukan Jaringan Ikhwan Lebay), tak tanggung pemerintah kita bahkan orang no 1 di republik ini juga latah ikut-ikutan menyudutkan FPI sebagai ormas anarkis. Padahal fakta sebernarnya yang disajikan oleh media islam, mereka di serang dalam rangkain aksi percobaan pembunuhan di bandara, pihak keamanan setempat diam seribu bahasa, inilah sebuah gamabaran singkat perang pemikiran (ghazwul fikri) antara aliansi media sekuler versus media islam.
 Disamping itu, gerakan pembubaran FPI disambut dengan gerakan pembubaran JIL, bahkan ada seorang ustad melalui jejaring sosialnya menghimbau untuk membela FPI, yang merupakan organisasi islam yang bergerak secara nyata dalam menumpas maksiat dan menegakkan syariat.
Kampus Unsyiah jantong hatee rakyat aceh juga mengalami hal serupa, ketika bentrokkan antar sesama mahasiswa yang terjadi didepan gelanggang unsyiah tahun 2009, LDK yang merupakan garda terdepan menegakkan izzah islam di unsyiah, LDK mendapat fitnah melalui media sebagai biang kericuhan saat itu, bahkan di salah satu surat kabar terbitan nasional dan local menampangkan foto aktivis ldk yang tengah menyerang kelompok yang konon kabarnya sebagai barisan yang tidak sefaham dengan sidang umum pemira unsyiah. Padahal jika diperhatikan seksama foto yang kini sudah mudah dicari sama mbah google , jelas kondisinya sedang bertahan bukan menyerang, disitu teman-teman dapat menganalisa secara awam (ngak perlu dektetif conan) ada seorang perwira polisi yang posisi berada di barisan LDK melindungi kepalanya dari lemparan batu dari pihak seberang, jelas siapa menyerang dan diserang.
Mungkin kelebihan rival kita dalam menguasai fotografi menghasilkan dokumentasi yang menjadi sasaran empuk pihak media, bahakan ketika saya membuka jejaring sosial pada malam harinya, tulisan-tulisan yang menyudutkan disertai status yang membuat hati kita semakin terbakar, namun sangat disayangkan lemahnya counter attack dari barisan media dakwah kampus membuat  mahasiswa unsyiah yang masih awam termakan berita fitnah tersebut.


Media dakwah bangkitlah.

            Jika kita berkaca pada dua contoh kasus tersebut, baik skala nasional dan tataran kampus unsyiah, sudah saatnya kita melakukan reformasi besar-besaran dengan mempersiapkan semuanya dengan konsep matang baik dari sumber daya manusia, pendaanan yang lancar, soft skill yang terus diasah baik melalui tulisan dan diskusi. Faktor kelemahan media dakwah kampus hari ini masih kurangnya budaya membaca dan menulis dikalangan aktivis dakwah, padahal ketika ingin membina (bukan lagi dibina) harus memiliki pengetahuan dan wawasan luas serta pandangan jauh kedepan.
            Sebuah pepatah mengatakan “Membangun itu mudah dari pada merawatnya”, betapa banyak media cetak yang diterbitkan oleh lembaga dakwah baik tingkatan universitas maupun fakultas yang kini hilang ditelan zaman, ketika ana masih bergelut dengan dunia media (BSO MEDIA FOSMA) saat itu bermunculan bulletin bak cendawan di musim hujan seperti Fosma dengan bulletin SHIBGHAH, Ldk Alihsan FP menerbitkan BULAN (Buletin Alihsan), Ldf Annahl FKH tampil dengan SIMAKH (Syiar Mujahid FKH) , Ldf Al-mizan FE menghadirkan SAHAM  dan masih banyak bulletin yang diterbitkan oleh Ldf lainya yang tidak kita sebut satu persatu disini karna ketebatasan penulis.
            Membangkitkan media tersbut tidak cukup hanya sekedar kata-kata manis di mulut, harus ada bukti nyata dilapangan, ada beberapa konsep yang ana tawarkan Cuma empat doang sih, kalau ente mau nambah silahkan atuh akhi n ukhti, yang (pertama) menentukan orang-orang yang berkecimpung di dunia jurnalistik dengan fokus pada isu keumatan dan dakwah islamiyah , yang (kedua) mengadakan pembekalan rutin bukan pelatihan , artinya jika kita membuat pelatihan efeknya hanya bertahan dalam jangka pendek namun sebaliknya jika mengadakan pembekalan rutin efek yang didapat dalam jangka panjang sekaligus membuat mereka bisa bekerja dalam satu tim yang kuat.
            (ketiga) adanya pendanaan mandiri dan mendapat support luas baik kalangan kader, alumni, civitas akademika dan pihak swasta yang bisa diperoleh melalui iuran dan proposal ataupun kerjasama timbale balik antar pihak, dan (keempat) membuat jaringan informasi berita ldf, tujuan sederhana untuk bisa saling tukar informasi seputar dakwah fakultas dengan fakultas lain sekaligus ajang promosi gratis kegiatan yang akan dibuat di fakultas masing-masing.
            Semoga catatan kecil ini bisa mengugah teman-teman untuk mengambil bagian pada barisan media dakwah, mari wujudkan mimpi kita menuju islamisasi kampus.

* penulis merupakan mantan ketua departemen syiar ldk al-ihsan 2009/2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar